Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Uang, Korupsi, dan Kekuasaan

Foto : koran jakarta/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

Namun dalam sejarah, ORI tenggelam, akibat semakin kuatnya rupiah. Padahal rupiah mengandung nada agak minor, kurang nasionalis, mengingat nama rupiah terkait dengan mata uang India, rupee. Rupiah yang makin kuat akhirnya ditetapkan sebagai mata uang nasional sejak 2 November 1949 (genap 60 tahun).

Memasuki dekade 1950, rupiah semakin stabil. Seiring dengan ini, demokrasi juga berkembang. Untuk pertama kalinya, pada 1955 digelar pemilu demokratis pertama diikuti banyak partai. Banyak kalangan mengagumi perkembangan demokrasi 1950- an seperti bisa dibaca di buku Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia-Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959 yang diangkat dari tesis studi hukum mendiang Adnan Buyung di Belanda pada 1989.

Sayang, demokrasi terpimpin ala Bung Karno tidak suka melihat perkembangan demokrasi multipartai seperti itu, berkat Dekrit 5 Juli 1959. Era kediktatoran pun dimulai. Tapi setelah menyandang predikat Pemimpin Besar Revolusi selama tujuh tahun, Bung Karno turun dari kursi Presiden. Versi resmi memang menyebut Bung Karno turun karena Soeharto kudeta merangkak lewat Supersemar 1966. Tapi sesungguhnya, rupiahlah yang ikut andil. Maklum pada akhir tahun 1965, nilai rupiah jadi 35.000 per dollar AS, terendah dalam sejarah rupiah.

Kelahiran KKN

Bung Karno turun, Soeharto naik dan menjadi penguasa diktator (1966-1998). Uang atau rupiah menjadi orientasi utama dari praksis kekuasan. Korupsi atau "budaya" KKN mulai lahir dan subur era Soeharto. Maklum, uang sumber segala kejahatan seperti diungkapkan Epicurus tadi.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top