Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tuntaskan KKSB

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Kelompok bersenjata di Papua kembali berulah. Mereka menyerang lagi Pos TNI dan mengakibatkan saling tembak dengan tiga korban prajurit TNI, Kamis (7/3), di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, Papua. Tiga anggota TNI yang tergabung dalam Satgas Nanggala itu Sersan Dua Mirwariyadin, Sersan Dua Yusdin, dan Sersan Dua Siswanto. Kelompok penyerang ini dikatakan berada di bawah pimpinan Egianus Kogoya. Dalam baku tembak juga ada korban tewas di pihak penyerang, sekitar 10.

Presiden Joko Widodo memerintahkan TNI dan Polri menyelesaikan persoalan Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB) Papua ini. Akhir tahun lalu, kelompok tersebut juga menyerang dan menembaki pekerja yang membangun jalan Trans Papua. Salah satu korban selamat pada penyerangan 4 Desember 2018 itu Martinus dan Jefrianto, pekerja PT Istaka Karya. Mereka ikut membangun jembatan yang menjadi bagian dari pengerjaan Trans Papua. Tidak kurang dari 19 pekerja meninggal dalam penyergapan tersebut.

KKSB ini memang harus diselesaikan. Mereka tidak boleh mengganggu, ngerecoki, atau menghambat penyelesaian Trans Papua. Sebab jalan tersebut akan sangat bermanfaat dan amat diperlukan masyarakat setempat guna memacu perekonomian. Tanpa adanya jalan, pengembangan perekonomian sulit direalisasikan. Jalan merupakan kebutuhan mendasar pembangunan di mana pun untuk sarana transportasi dan pengangkutan berbagai keperluan pembangunan dan warga.

Maka, akan sangat terhambat bila penyelesaian jalan terus diganggu seperti ini. Para pekerja harus dijamin keselamatan mereka. Jangan sampai tidak ada yang mau bekerja membangun jalan karena tidak ingin nyawanya menjadi taruhan. Maka, sudah selayaknya Presiden Jokowi memerintahkan untuk menyelesaikan problem KKSB ini. Hanya, Presiden mengatakan tantangan pengejaran pelaku penembakan terhambat medan hutan belantara yang berat. Hal itu mempersulit personel Polri maupun TNI menangkap pelaku.

Usai kejadian akhir tahun lalu, Menteri Pertahanan dan Keamanan, Ryamizard Ryacudu, menyebut para pelaku bukan kelompok kriminal, tapi pemberontak. Sedangkan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mendesak kelompok Nduga, Papua, ini dicap sebagai separatis agar pasukan TNI bisa berada di garis depan menumpas. Kalau mereka sebagai separatis, pemerintah bisa meningkatkan operasi menjadi kegiatan militer. Saat ini masih polisi di baris depan. TNI hanya mem-back up.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top