Tumpukan Utang Terus Menghantui Pelemahan Rupiah
Dengan ada kesalahan menempatkan prioritas belanja publik berdampak pada utang yang menggunung termasuk utang BUMN, sehingga tidak sebanding dengan peningkatan kapasitas bayar pemerintah.
"Inilah yang membuat rupiah saat ini tertekan hebat karena produktivitas ekspor maupun dalam negeri tidak meningkat, padahal utang melesat," kata Maruf.
Jumlah utang pemerintah yang diakui belum sampai ambang batas UU yakni 40 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dan diklaim masih sehat dengan membandingkan utang negara-negara maju yang lebih dari 100 persen dari PDB.
"Pembanding itu tidak tepat, sebab AS dan Jepang itu juga pemberi utang dalam jumlah besar. Mereka juga eksportir besar, sehingga pendapatan mereka dalam dollar itu jauh lebih besar dari kita yang hanya bergantung pada ekspor komoditas mentah," terang Maruf.
Dalam situasi seperti itu, pemerintah banyak memaksakan belanja yang tidak prioritas sehingga banyak pos belanja publik yang semestinya diprioritaskan, justru tidak terpenuhi karena alasan keterbatasan fiskal. "APBN yang tidak kredibel karena utang menggunung, tapi produktivitas tidak meningkat membuat kedaulatan termasuk kedaulatan rupiah, terus tertekan," tandas Maruf.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya