Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hari Pangan Sedunia - Masyarakat Diajak Semakin Peduli terhadap Kelaparan

Tumbuhkan Semangat Berbagi dan Berbelarasa di Keluarga

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Untuk membentuk masyarakat yang semakin peduli terhadap kelaparan di sekitar mereka, hendaknya ditumbuhkan semangat berbagi dan berbelarasa di setiap keluarga.

JAKARTA - Keluarga hendaknya menjadi tempat subur untuk mewariskan, merawat, dan mengembangkan nilai-nilai dan semangat berbagi, berbelarasa, serta kebinekaan. Masih adanya sebagian masyarakat yang kelaparan dan kekurangan makanan, hendaknya mengetuk nurani semua anggota keluarga untuk berbelarasa dan makin menumbuhkan semangat berbagi.

"Tindakan belarasa dan berbagi menjadi tangga-tangga kecil untuk menanggapi panggilan kita untuk terus bertumbuh dalam kasih," kata Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo dalam surat gembala Hari Pangan Sedunia 2018 yang disampaikan pada Perayaan Ekaristi, di Gereja St Antonius Padua, Jakarta, Minggu (14/10).

Mgr Suharyo memaparkan data tahun 2018 dari Organisasi Pangan dan Pertaian Sedunia, yang menyatakan ada sekitar 820 juta penduduk dunia yang mengalami kekurangan pangan. Dari jumlah itu, sebanyak 60 persennya adalah kaum perempuan. Selain itu, 45 persen kematian anak disebabkan oleh kekurangan pangan.

Selain itu, tambah Mgr Suharyo, 151 juta anak mengalami "gagal tumbuh" (stunting). Hal itu akibat dari masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan yang kurang dalam waktu lama, bahkan mulai pada waktu janin masih berada dalam kandungan ibu. Pengaruhnya tidak hanya tampak dalam postur tubuh kerdil, tetapi juga pada tingkat kecerdasan seseorang.

Yang ironis dari laporan yang sama, tambah Mgr Suharyo, menyatakan bahwa 672 juta orang mengalami obesitas dan lebih dari satu miliar penduduk dunia mengalami kelebihan berat badan. Pertanyaannya adalah mengapa musibah ini terjadi. Jawaban atas masalah itu tidaklah sederhana karena di balik realitas kelaparan dan kekurangan pangan ada banyak masalah yang melatarbelakanginya.

Sulut Keserakahan

Mgr Suharyo mengatakan pangan adalah kebutuhan dasar manusia. Dengan demikian sudah seharusnya kalau kebutuhan setiap orang akan pangan itu mempersatukan, menumbuhkan solidaritas, dan kerelaan berbagi. Tetapi, nyatanya pangan dengan mudah juga dapat menimbulkan konflik. Alasan utamanya, kebutuhan dasar pangan yang seharusnya menumbuhkan solidaritas, dalam kenyataan juga dapat menyulut keserakahan.

Upaya-upaya kecil yang dilakukan di tempat masing-masing dapat membuat iman umat bertumbuh dan berbuah. Upaya-upaya tersebut, antara lain tidak membuang makanan, memilih cara hidup ugahari, berani berkata "cukup", berbagi makanan dengan mereka yang sangat membutuhkan, jimpitan beras, dan menghemat air.

"Melalui gerakan Hari Pangan Sedunia kai ini, kita diajak untuk semakin peduli terhadap realitas kelaparan yang melanda begitu banyak saudara-saudara kita di muka bumi ini," kata Mgr Suharyo.

Uskup Agung Semarang, Mgr Robertus Rubiyatmoko dalam surat gembalanya mengatakan semangat berbagi sangat penting untuk ditumbuhkembangkan mulai dari dalam keluarga. Dengan begitu keluarga menjadi komunitas untuk berbagi, khususnya berbagi pangan.

"Ketika semangat berbagi itu tidak ditumbuhkembangkan dalam diri setiap pribadi, maka besar kemungkinan bahwa orang menjadi enggan atau tidak rela untuk berbagi. Orang enggan untuk berbagi, mungkin karena dalam pengalaman hidupnya dia tidak pernah diajari dan dibiasakan bagaimana mesti berbagi," kata Mgr Rubiyatmoko.

Mgr Rubiyatmoko mengajak seluruh umat untuk mengungkapkan syukur atas anugerah ketercukupan pangan di keluarga masing-masing. Caranya, dengan terus mengembangkan keutamaan untuk menghargai pangan dan kesediaan berbagi, terutama dengan mereka yang berkekurangan.

SM/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top