Tsunami Hancurkan Banten dan Lampung Usai Letusan Gunung Anak Krakatau, Ratusan Jiwa Melayang 22 Desember 2018
Foto: istimewaGelombang tsunami di Selat Sunda menerjang Provinsi Banten dan Provinsi Lampung, pada Sabtu (22/12/2018).
Kejadian bencana tersebut telah menewaskan 437 orang itu terjadi pada Sabtu malam hingga Minggu (23/12/2018) pukul 22.00 WIB.
Gelombang setinggi lebih dari 2 meter ini mengguyur lima wilayah di Provinsi Banten hingga Provinsi Lampung. Dampak terparah dirasakan di Kabupaten Pandeglang, Banten.
Ada kisah seorang nelayan asal Desa Kenali, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, bernama Puji. Dirinya berada di sekitar Gunung Anak Krakatau saat gunung api itu erupsi dan memicu tsunami.
Puji mengatakan Anak Krakatau meletus mengeluarkan material vulkanik dan longsor sebagian badannya. Sesaat setelah longsor itu, ombak besar muncul yang mengandaskan perahu yang ditumpangi Puji dan beberapa rekannya sesama nelayan.
Kejadian tersebut saat dirinya mengaku tengah mencari ikan bersama 14 orang sesama nelayan.
"Kami menangkap ikan menggunakan perahu jukung, dan posisinya juga saling berdekatan," kata Puji, Selasa (25/12) Dermaga Canti, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan.
Dia memperhitungkan, area tempatnya mencari ikan sekitar 2 km dari kaki Anak Krakatau. Saat itu gunung tersebut memang tengah terjadi erupsi dengan status waspada atau level 2. Warga dilarang mendekati gunung dalam radius 2 km.
Pada saat yang sama itulah Anak Krakatau meletus dengan mengeluarkan suara dentuman keras diiringi keluarnya lahar.
"Kami melihat Gunung Anak Krakatau seperti pecah, lalu api lahar langsung mencar turun ke laut," " kata Puji.
Muntahan dari perut bumi mengalir di badan gunung diikuti dengan gelombang tinggi. Gelombang itu yang membuat perahu jukung yang dinaiki Puji dan nelayan lain oleng.
Sesaat kemudian, datang lagi hantam gelombang kedua dan saat itulah perahu terguling dan terbalik hingga semua nelayan tercebur ke laut.
"Saat hantaman gelombang yang ketiga itu, tinggi airnya mencapai 10 hingga 12 meter dan saat itulah kami semua langsung terbawa arus ombak dan terpencar hingga tak tahu lagi arahnya kemana," kata Puji.
Setelah itu, kata Puji, malam hari dia berusaha mencoba untuk tetap tenang. Dia mencari kayu untuk bisa memegang agar terapung.
"Alhamdulillah saya dapat pegangan kayu," ujarnya.
Dia kemudian mencoba berenang ke arah pulau paling dekat. Setelah dia tempuh beberapa jam berenang ia sampai di daratan di Pulau Singkarak.
Hari esoknya, Minggu (23/12) ia bertemu dengan tiga orang rekannya yang juga terdampar di pulau tersebut.
- Baca Juga: Akses desa terisolir
- Baca Juga: KAI Selamatkan Barang Penumpang Senilai Rp11,4 Miliar
Puji dan tiga orang rekannya diselamatkan oleh nelayan yang melintas. Ia kemudian dibawa ke Pulau Sebesi. Dari pulau ini, ia bersama penduduk lain yang jadi korban tsunami dievakuasi ke Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan.
Redaktur: Fiter Bagus
Penulis: Zulfikar Ali Husen
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 2 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
Berita Terkini
- Parlemen Australia Siapkan RUU Pelarangan Media Sosial untuk Anak Di Bawah 16 Tahun
- Presiden Prabowo Bertemu Larry the Cat di Kantor PM Inggris
- Indosat Ooredoo Hutchison Komitmen Transformasi Adopsi AI
- Mary Jane Dipulangkan, Presiden Marcos Puji Hubungan Indonesia-Filipina
- Pengungsi Lewotobi Dapat Bantuan Pulsa dan Akses Internet Gratis