Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perang Dagang

Trump Minta Kesepakatan dengan Tiongkok Harus Condong ke AS

Foto : NICHOLAS KAMM/AFP
A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan AS dan Tiongkok telah kembali melanjutkan perundingan dagang setelah akhir pekan lalu pemimpin kedua negara menyetujui gencatan senjata di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, di Jepang. Namun, Trump mengisyaratkan kesepakatan dengan Tiongkok harus lebih menguntungkan pihak AS.

"Perundingan sudah dimulai. Mereka berbicara sangat banyak di telepon, dan mereka juga bertemu," kata dia kepada wartawan, di Gedung Putih, Washington DC, Senin (1/7).

Trump menambahkan, kesepakatan harus lebih menguntungkan AS karena selama bertahun-tahun Tiongkok yang mengambil untung. "Jelas, kita tidak bisa membuat kesepakatan 50:50. Itu harus menjadi kesepakatan yang agak miring untuk keuntungan kita," ujar Trump merujuk defisit perdagangan AS yang melonjak yang dianggap menjadi kerugian bagi AS.

Pada pertemuan di Osaka, Trump menawarkan akan melonggarkan beberapa pembatasan atas Huawei, yang digambarkan sebagai alat spionase Beijing. Namun, pemimpin Partai Republik itu mengatakan penyelesaian akhir masalah Huawei baru akan dilakukan ketika kedua belah pihak telah menutup kesepakatan.

Cairnya hubungan dagang AS-Tiongkok telah menurunkan ketegangan pasar global, meskipun masih menyisakan pertanyaan utama tentang bentuk akhir kesepakatan.

Mei lalu, Trump menaikkan tarif impor pada lebih dari 200 miliar dollar AS barang-barang Tiongkok, setelah menuduh Beijing mengingkari komitmen yang dibuat selama perundingan ekstensif yang dimulai tahun lalu. Washington menuduh Beijing melakukan intervensi negara besar-besaran dalam pasar, serta transfer paksa teknologi Amerika. Namun para pengamat yakin bahwa Tiongkok tidak akan menyetujui tuntutan AS, yang dapat merusak kekuasaan Partai Komunis.

Sementara itu, cairnya ketegangan dan kelanjutan perundingan bukan berarti kesepakatan sudah dekat. Masalah pokok yang memicu perselisihan antara kedua negara masih belum ditemukan jawabannya.AFP/SB/AR-2

Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top