Sabtu, 28 Des 2024, 10:00 WIB

Trump Desak Mahkamah Agung AS Tunda Pelarangan TikTok

Gedung TikTok Inc. terlihat di Culver City, California, 17 Maret 2023.

Foto: AP/Damian Dovarganes

JAKARTA - Presiden terpilih Donald Trump pada hari Jumat (27/12) meminta Mahkamah Agung untuk menghentikan sementara larangan TikTok hingga pemerintahannya dapat mencari "resolusi politik" untuk masalah tersebut.

Permintaan tersebut muncul saat TikTok dan pemerintahan Biden mengajukan nota keberatan yang saling bertentangan ke pengadilan. Seperti dilaporkan Associated Press, perusahaan tersebut berpendapat pengadilan harus membatalkan undang-undang yang dapat melarang platform tersebut paling lambat 19 Januari. Sementara pemerintah menekankan posisinya bahwa undang-undang tersebut diperlukan untuk menghilangkan risiko keamanan nasional.

"Presiden Trump tidak mengambil posisi apa pun terkait substansi sengketa ini. Sebaliknya, ia dengan hormat meminta Pengadilan untuk mempertimbangkan penangguhan batas waktu divestasi yang ditetapkan Undang-Undang tersebut pada 19 Januari 2025, sementara Pengadilan mempertimbangkan substansi kasus ini," kata amicus brief Trump, yang tidak mendukung kedua belah pihak dalam kasus tersebut dan ditulis oleh D. John Sauer, pilihan Trump untuk pengacara umum.

Argumen yang diajukan ke pengadilan adalah contoh terbaru Trump yang melibatkan dirinya dalam isu-isu nasional sebelum ia memangku jabatan. Presiden terpilih dari Partai Republik tersebut telah mulai bernegosiasi dengan negara-negara lain mengenai rencananya mengenakan tarif, dan ia melakukan intervensi awal bulan ini dalam sebuah rencana untuk mendanai pemerintah federal, menyerukan agar rencana bipartisan ditolak dan mengirim kembali Partai Republik ke meja perundingan.

Ia telah mengadakan pertemuan dengan para pemimpin asing dan pejabat bisnis di kediamannya Mar-a-Lago di Florida saat ia menyusun pemerintahannya, termasuk pertemuan minggu lalu dengan CEO TikTok Shou Chew.

Trump telah mengubah pendiriannya tentang aplikasi populer tersebut, setelah mencoba melarangnya pada masa jabatan pertamanya karena masalah keamanan nasional. Ia bergabung dengan TikTok dalam kampanye presiden 2024 dan timnya menggunakannya untuk terhubung dengan pemilih yang lebih muda, terutama pemilih laki-laki, dengan mendorong konten yang sering kali bersifat maskulin dan bertujuan untuk menjadi viral.

Dia mengatakan awal tahun ini bahwa dia masih percaya ada risiko keamanan nasional dengan TikTok, tetapi dia menentang melarangnya.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: Lili Lestari

Tag Terkait:

Bagikan: