Senin, 18 Nov 2024, 06:10 WIB

Transplantasi “Stem Cell” Dapat Pulihkan Penglihatan

Foto: FAROOQ NAEEM/AFP

LSCD adalah penyakit yang ditandai dengan hilangnya atau kekurangan sel punca di limbus di batas antara kornea dan sklera. Perawatan sel punca yang diinduksi kini dapat memperbaiki sel ini dan memastikan keberlanjutannya.

1731856717_659b1f7686e1c196f39d.jpg

Foto: Patrick Meinhardt/AFP

Perawatan sel punca difokuskan pada perbaikan kornea yang rusak akibat defisiensi sel punca limbal (limbal stem-cell deficiency/LSCD). Penyakit mata ini disebabkan oleh disfungsi atau kerusakan dari populasi sel punca sehingga menyebabkan kerusakan progresif epitel kornea.

Penyakit ini akan mempengaruhi kemampuan regenerasi sel kornea sehingga memiliki prognosis atau berkembang menjadi kurang baik. Jika hal ini terus dibiarkan maka penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Takeshi Soma dengan judul Induced Pluripotent Stem Cell Derived Corneal Epithelium for Transplant Surgery: A Single Arm, Open label, First in Human Interventional Study in Japan, berhasil memperbaiki penglihatan pasien LSCD. Hal ini diharapkan dapat memberi dampak besar pada cara pengobatan bagi penderita penyakit tersebut di masa depan. Selain itu bisa menjadi pilihan terapi bagi mereka yang menderita kehilangan penglihatan.

Soma menjelaskan bahwa LSCD adalah penyakit yang ditandai dengan hilangnya atau kekurangan sel punca di limbus di batas antara kornea dan sklera. Sel punca ini sangat penting untuk pemeliharaan dan perbaikan limbus, selain memastikan keberlanjutan fungsi penghalangnya.

Masalah dengan sel punca limbal dapat menyebabkan kerusakan epitel kornea yang mengakibatkan peradangan, jaringan parut, dan potensi kehilangan penglihatan. LSCD memiliki berbagai penyebab mulai dari genetika hingga penyebab yang didapat seperti peradangan, infeksi, serta trauma dan cedera.

Laporan Karakus S berjudul Limbal Stem Cell Deficiency. American Academy of Ophthalmology (2024) menyebutkan, sejauh ini penanganan penyakit ini berbeda-beda, tergantung pada tahap perkembangannya.

Pada tahap awal, penanganan gejala dapat cukup untuk meringankan dampaknya terhadap kualitas hidup. Namun, kasus LSCD yang lebih parah memerlukan pembedahan yang biasanya berarti transplantasi dari bagian utama mata donor.

Studi tersebut difokuskan pada empat pasien, dua pria dan dua perempuan, berusia antara 39 dan 72 tahun yang semuanya telah didiagnosis dengan LSCD pada kedua mata. Peneliti kemudian memperoleh sel punca pluripoten terinduksi (iPSC) dari darah tali pusat yang disumbangkan dan digunakan untuk membuat sel punca-progenitor epitel kornea.

Sel-sel ini kemudian dikultur dan diubah menjadi lembaran tipis, lembaran sel epitel kornea yang berasal dari iPSC (iCEPS). Setelah membuang lapisan jaringan parut yang menutupi kornea di salah satu mata pada masing-masing pasien, lembar iCEPS ditransplantasikan di atasnya dan ditutup dengan lensa kontak untuk melindungi cangkokan.

Hasil Studi

Menurut laporan Mallapaty S berjudul World-First Stem Cell Treatment Restores Vision in People yang dipublikasikan di jurnal Nature, setelah terapi tersebut, pasien kemudian dipantau secara terus-menerus untuk menentukan hasil keamanan selama periode dua tahun.

Selama periode pengamatan keamanan dua tahun, tidak terjadi efek samping yang serius. Transplantasi diterima oleh pasien tanpa penolakan dan tanpa pembentukan tumor. Bahkan, para peneliti melaporkan bahwa dua pasien bahkan tidak mengonsumsi obat imunosupresan.

Setelah transplantasi, keempat pasien melihat peningkatan langsung dalam penglihatan mereka selama tahun pertama dan tiga dari empat pasien mengalami peningkatan berkelanjutan dalam penglihatan dan kualitas hidup mereka lebih dari satu tahun.

“Apa artinya ini bagi penyimpanan darah tali pusat? Seperti yang ditunjukkan oleh hasil uji coba ini, sel punca memiliki potensi regeneratif yang besar dan menjadi yang terdepan dalam pengobatan, sementara para peneliti masih berkutat pada luasnya aplikasinya,” tulis laman Cells4Life.

Meskipun penelitian ini berfokus pada penggunaan sel punca pluripoten terinduksi yang berasal dari darah tali pusat, jenis sel punca lain dapat ditemukan di tali pusat dan plasenta, seperti sel punca hematopoietik dan mesenkimal, yang juga memiliki potensi besar dalam bidang pengobatan regeneratif. “Sayangnya, tali pusat dan plasenta sering dianggap sebagai limbah medis belaka, yang berarti sel punca ini dibuang begitu saja. Namun, dengan menyimpan sel punca ini dalam proses yang disebut penyimpanan darah tali pusat, Anda dapat memastikan bahwa bayi Anda selalu memiliki sel punca sendiri yang tersedia untuk digunakan dalam terapi di masa mendatang,” tulis laman tersebut.

Saat ini menurut WHO dari 12,7 juta orang yang mengalami kehilangan penglihatan terkait kornea di seluruh dunia, transplantasi hanya tersedia untuk 1 dari 70 orang. Bahkan bagi mereka yang menerima transplantasi, kelangsungan hidup cangkok sering kali menjadi masalah selalu ada risiko penolakan dari sistem imun.

Di sinilah potensi sel punca pluripoten terinduksi (induced pluripotent stem cells/iPSCs) sangat kuat ini diubah dari sel-sel tubuh manusia mana pun. Setelah diprogram ulang kembali ke keadaan seperti embrio, sel-sel ini berkembang biak tanpa batas, dengan kemampuan untuk berubah bentuk menjadi semua jenis sel manusia dewasa, termasuk sel-sel kornea.

Pada tahun 2023, para peneliti di AS mengumumkan bahwa mereka telah menggunakan sel punca limbik untuk memulihkan penglihatan pada dua pasien dengan kerusakan kornea hingga setahun kemudian. Sekarang, para ilmuwan di Rumah Sakit Universitas Osaka di Jepang tempat Takeshi Soma melakukan penelitian tersebut, telah melangkah lebih jauh dan menggunakan iPSC. Sumber sel punca ini berasal dari sel darah manusia yang sehat yang ternyata dapat memulihkan penglihatan.  hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan: