Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 31 Jan 2025, 01:00 WIB

Transformasi Pertanian Tradisional ke Modern Harus Dilakukan

Andi Amran Sulaiman Menteri Pertanian - Kami membuat klaster dari hulu atau upstream ke downstream, dibuat semua menggunakan teknologi tinggi. Kita lakukan sekarang.

Foto: antara

Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan, transformasi pertanian tradisional menuju pertanian modern mutlak untuk dilakukan sehingga dapat menekan biaya produksi hingga 50 persen dan meningkatkan produksi hingga 100 persen.

Oleh sebab itu, Kementerian Pertanian (Kementan) membangun klaster pertanian modern di berbagai wilayah di Indonesia.

Seperti dikutip dari Antara, menurut Amran, klaster pertanian modern ini dapat disejajarkan dengan negara-negara lain yang memiliki pertanian modern seperti Amerika Serikat, Vietnam, China, Thailand, dan seterusnya.

“Kami membuat klaster dari hulu atau upstream ke downstream, dibuat semua menggunakan teknologi tinggi. Kita lakukan sekarang,” kata Amran dalam acara bertajuk “Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Tantangan dan Peluang di Era Baru”, di Jakarta, Kamis (30/1).

Ia mengatakan bahwa klaster pertanian modern ini tengah dijalankan di beberapa daerah seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Papua Selatan.

Pemerintah, ujar Amran, menargetkan transformasi pertanian ini diharapkan dapat tercapai seluas 500 hektare hingga 1 juta hektare pada 2025. Dengan klaster pertanian modern, ia meyakini langkah ini akan membawa Indonesia menjadi lumbung pangan dunia.

“Kami rencana tahun ini mudah-mudahan antara 500-1 juta hektare. Doakan, mudah-mudahan tidak ada halangan. Sekarang sudah berjalan. Jadi transformasi. Kami membuat klaster. Klaster itu sejajar dengan negara maju,” kata dia.

Amran mencontohkan lahan pertanian di Papua yang memiliki potensi luar biasa. Potensi ini, menurut dia, dapat dioptimalkan dengan pendekatan yang holistik dan sepenuhnya mekanisasi atau memanfaatkan teknologi tinggi mulai dari hulu hingga hilir.

“Di Merauke itu adalah yang lahan dulu tidur, kita optimalkan dan bangunkan kembali. Kemudian kalau ingin ini berkelanjutan, gunakan teknologi. Kalau tidak, pasti ditinggal. Bangun cetak sawah, sedangkan di sana saudara kita satu orang mempunyai lahan 1.000 hektare. Kalau dikelola dengan manual, tidak mungkin, 20 tahun dicangkul tidak selesai. Tapi teknologi tinggi, mengolah 1 hektare itu cuma 2-4 jam, selesai,” kata Amran.

Selain itu, pelibatan generasi muda sebagai petani juga menjadi penting dalam klaster pertanian modern. Ia menyebutkan, generasi muda yang mendaftar Brigade Swasembada bahkan mencapai 27 ribu orang. Banyaknya generasi muda yang tertarik ini menunjukkan bahwa pertanian modern menjanjikan mengingat penghasilan yang didapatkan cukup tinggi.

“Ini di Merauke, anak-anak (muda) terlibat (dalam pertanian modern). Kenapa? Milenial terlibat kalau menguntungkan dan menggunakan teknologi tinggi. Menguntungkan berapa? Pendapatannya di Merauke dapat Rp20 juta, kami target Rp10 juta per bulan bersih. Di Aceh Rp20 juta dia dapatkan, ini saudara kita. Dia terlibat, dia ikut. Testimoninya ada,” kata Amran.

Perubahan Iklim

Pada kesempatan yang sama, Amran menyampaikan, refocusing anggaran yang dilakukan tahun lalu telah membuahkan hasil salah satunya berupa peningkatan produksi beras sebesar 1,49 juta ton pada Agustus-Desember 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Amran mengatakan bahwa recofusing anggaran tersebut dilakukan untuk mengatasi tantangan perubahan iklim yang terjadi pada tahun lalu yaitu el nino, la nina, dan kekeringan.

“(Produksi beras) 3 juta ton (di bulan September 2024), 2,9 juta ton (di bulan Agustus 2024), lebih tinggi daripada iklim normal. Itulah pentingnya menganalisa dengan baik. Ini bukan karena anggaran, tapi mengambil keputusan dalam kondisi kritis. Mengambil keputusan dengan cepat dan tepat,” kata Amran dalam acara bertajuk “Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Tantangan dan Peluang di Era Baru”, di Jakarta, Kamis.

Anggaran senilai Rp1,7 triliun yang semula ditujukan untuk perjalanan dinas, seminar, perbaikan gedung, hingga rapat di hotel, kemudian dialihkan atau diprioritaskan untuk membeli benih unggul, pompa, serta alat dan mesin pertanian (alsintan).

Redaktur: Andreas Chaniago

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.