Minggu, 05 Mei 2024, 09:53 WIB
Tradisi 'Seren Taun', Cara Suku Badui Menghitung Populasi di Komunitasnya
Masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten ramai menggelar tradisi "seren taun" atau ngalaksa untuk melakukan perhitungan jiwa di setiap kampung setelah menjalani ritual Kawalu selama tiga bulan.
Foto: ANTARA/Mansyur SuryanaLEBAK -Masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten ramai menggelar tradisi "seren taun" atau ngalaksa untuk melakukan perhitungan jiwa di setiap kampung setelah menjalani ritual Kawalu selama tiga bulan.
"Kita hari ini melaksanakan seren taun di Kampung Cibengkung dan sehari sebelumnya di Kampung Kadu Ketug," kata Djaro Saija, seorang Tetua Adat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Minggu (5/5).
Perayaan tradisi seren taun untuk mengetahui jumlah jiwa yang ada di kampung di pemukiman masyarakat Badui.
Saat ini,di pemukiman Badui tercatat sebanyak 68 kampung dan tiga diantaranya Kampung Badui Dalam yakni Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik.
Karena itu, pelaksanaan upacara tradisi ngalaksa atau seren taun ini untuk mengetahui populasi jiwa yang ada di kampung masyarakat Badui.
Perayaan tradisi seren taun yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Badui cukup ramai, bahkan warga Badui memadati 20 rumah warga Kampung Cibengkung.
Mereka sambil duduk-duduk menunggu perayaan ngalaksa hingga membuat daun janur aren untuk dijadikan simbol pendataan jiwa (sensus).
Perayaan tradisi ngalaksa dipusatkan di rumah Dangka seorang kokolot atau tetua adat Badui.
Warga Badui juga mendapat makanan laksa yang terbuat dari tepung beras dan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan yang diberikan dari hasil pertanian ladang huma.
"Kami berharap seren taun ini membawa barokah dan hidup sejahtera serta semoga hasil panen pertanian ladang melimpah," kata Djaro Saija.
Menurut dia, masyarakat Badui yang merayakan ngalaksa, selain di Kampung Cibengkung juga di 64 kampung lainnya di antaranya Kampung Cipaler, Cijaha, Batara, Cijengkol, Karehkel, Gajeboh, Ciranji, Cicatang 1, Cicatang 2, Kadu Ketug, Marengo, Cipiit dan Belimbing.
Masyarakat Badui untuk merayakan seren taun berdatangan sejak Sabtu (4/5) ke kediaman rumah Dangka sebagai pemuka adat (kokolot) Kampung Cibengkung.
Perayaan ngalaksa itu, kata dia, setelah masyarakat Badui panen padi huma dan merayakan Kawalu.
"Kami pekan depan juga merayakan tradisi Seba atau menyerahkan hasil pertanian ke Bupati Lebak Pj Iwan Kurniawan dan Gubernur Banten Pj Muktabar," katanya menjelaskan.
Jali (45) mengatakan dirinya datang ke sini bersama kelompok Kampung Batara untuk merayakan seren taun ke kediaman Dangka tetua adat Kampung Cibengkung, sekaligus silaturahmi dan mengucapkan rasa syukur.
Saat ini, masyarakat Badui yang memiliki ladang-ladang yang tersebar di Kecamatan Leuwidamar, Cirinten, Bojongmanik, Muncang, Sobang, Cileles, Cimarga dan Gunungkencana kembali ke kampung untuk merayakan tradisi ngalaksa.
Perayaan tradisi seren taun bagi masyarakat Badui wajib untuk penghitungan jiwa di kampung juga sebagai rasa syukur agar didoakan pemuka adat agar hasil pertanian menjadi lebih baik.
Sebab, sebagian besar kehidupan masyarakat Badui mengandalkan bercocok tanam padi huma, palawija, hortikultura dan tanaman keras.
"Kami berharap perayaan ngalaksa bisa meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Badui juga semoga damai dan aman," ujar Jali.
Sementara itu, Ayah Pulung (65) warga Badui mengatakan perayaan tradisi ngalaksa untuk menghitung jumlah jiwa yang ada di kampung juga sebagai rasa syukur berkat hasil pertanian,sehingga kehidupan masyarakat menjadi sejahtera, aman dan damai.
Perayaan seren taun di rumah Dangka Kampung Cibengkung dimulai pukul 09.00 WIB, dimana warga Badui saling berebutan untuk mengambil daun janur aren.
Kemudian, daun janur itu dijadikan untuk pendataan jumlah anggota keluarga. Masyarakat Badui menandakan jika daun janur itu dibuatkan seperti tumbak maka pertanda memiliki anggota keluarga atau anak laki-laki.
Sedangkan, anggota keluarga perempuan dibuatkan daun janur anak-anak serta yang hamil dibuatkan tekegore.
"Daun janur yang dijadikan simbol data sensus nantinya dihitung oleh tetua adat dan didoakan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberikan kemudahan rejeki, kesehatan dan ekonomi yang baik," katanya.*
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Hati Hati, Banyak Pengguna yang Sebarkan Konten Berbahaya di Medsos
- 2 Buruan, Wajib Pajak Mulai Bisa Login ke Coretax DJP
- 3 Ayo Terbitkan Perppu untuk Anulir PPN 12 Persen Akan Tunjukkan Keberpihakan Presiden ke Rakyat
- 4 Arsenal Berambisi Lanjutkan Tren Kemenangan di Boxing Day
- 5 Cegah Pencurian, Polres Jakbar Masih Tampung Kendaraan Bagi Warga yang Pulang Kampung
Berita Terkini
- Program Sisternet Berdayakan Lebih dari 1 Juta Perempuan
- Pemkot Surabaya Fasilitasi Pemulangan Jenazah Balita yang Tenggelam
- Satu Dekade Kartini Bluebird, Tingkatkan Kesejahteraan Keluarga Melalui Peran Perempuan
- Tablet dengan Kapasitas Baterai Besar Segera Meluncur
- KA Wijaya Kusuma Keluarkan Asap, KAI Daop 8 Surabaya Minta Maaf