Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Totalitas Membasmi Terorisme

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Selama ini aksi lone wolf terorisme sulit dideteksi karena pelakunya tidak kontak intensif dengan kelompok yang lebih besar. Ini menyulitkan deteksi lewat aktivitas intelijen terhadap pelaku teroris tunggal dibanding warlordism atau kelompok teroris konvensional. Polri sebaiknya mencegah sedini mungkin terbentuknya sel-sel tunggal sebagai model the next generation of terrorists.Organisasi besar teroris dunia yang semakin terpojok dan cerai-berai melahirkan model lone wolf yang tersebar di seluruh muka bumi.

Teroris tunggal merupakan generasi ketiga. Ini merujuk teori Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang menggolongkan kelompok teroris tersebut dalam tiga generasi. Pertama, kelompok inti Al-Qaidah seperti Mohammad Atef dan kawan-kawan yang bertanggung jawab atas penyerangan World Trade Center, Amerika Serikat, 11 September 2001. Di Indonesia, mereka anggota Al-Jamaah al-Islamiyah lulusan pelatihan paramiliter di Afghanistan dan kamp militer di Filipina Selatan. Serangan bom Bali pada 2002 dan bom Mega Kuningan, Jakarta, pada 2009 oleh Noor Din M Top serta Urwah cs dilakukan generasi ini.

Generasi kedua, yang pernah dilatih kelompok inti Al-Qaidah. Serangan teror bom di Bali oleh Imam Samudra dan kawan-kawan merupakan sebagian aksi generasi ini. Di Indonesia, mereka dilatih para lulusan Afghanistan dan Filipina Selatan. Sedangkan generasi ketiga tidak pernah dilatih generasi pertama dan kedua. Kelompok ini tidak berinteraksi langsung dengan jaringan Al-Qaidah atau afiliasinya. Namun begitu, mereka aktif dalam kegiatan keagamaan di sel sendiri. Mereka mendapat keterampilan merakit bom dan kegiatan kemiliteran secara otodidak. Generasi ketiga, misalnya Pepi Fernando, merupakan sel yang lepas dari struktur jaringan. Mereka tidak memiliki rantai komandodengan gerakan terorisme lama.

Mestinya modus rekrutmen terhadap pelaku bom bunuh diri yang kebanyakan dari kalangan belia bisa diungkap tuntas. Agar daya preventif masyarakat semakin tinggi. Fenomena kaum belia yang begitu mudah direkrut oleh jaringan teroris untuk bom bunuh diri bisa jadi merupakan puncak gunung es. Apalagi tokoh teroris tersebut memiliki cara ampuh untuk merasuki jiwa muda.

Belum Tertangani
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top