Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tok! Dua Negara Sekutu Putin Tolak Referendum Rusia di Ukraina

Foto : Reuters

Pengungsi internal dari Mariupol menghadiri rapat umum menentang referendum palsu di wilayah yang diduduki sementara oleh Rusia dan di kota asal mereka, di Kyiv, Sabtu (24/9)

A   A   A   Pengaturan Font

Dua negara sekutu Rusia memutuskan untuk menolak hasil referendum yang dilakukan Moskow di wilayah Ukraina bagian timur. Adapun dua negara tersebut yakni Serbia dan Kazakhstan.

Menteri Luar Negeri Serbia Nikola Selakovic mengatakan, negaranya tidak akan mengakui hasil referendum tersebut. Ini lantaran komitmen Serbia terhadap piagam PBB dan penghormatan terhadap hukum internasional.

"Serbia tidak dapat menerima hasil ini. Melakukan hal itu akan sepenuhnya berbanding terbalik dengan kepentingan nasional dan negara kita, dan kami menghargai pelestarian kedaulatan dan integritas teritorial dan perbatasan yang tidak dapat diganggu gugat," katanya, dikutip dari RFEFL, Selasa (27/9).

Di sisi yang sama, Kazakhstan juga menolak untuk mengakui hasil referendum di wilayah Ukraina bagian timur.

"Berkaitan dengan penyelenggaraan referendum, Kazakhstan meresponsnya dengan prinsip integritas teritorial negara, kesetaraan kedaulatan dan hidup berdampingan secara damai," ucap Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Kazakhstan, Aibek Smadiyarov, dikutip dari Reuters.

Sebagai infromasi, Kremlin menggelar referenum di empat wilayah Ukraina sejak Jumat (23/9) hingga Selasa (27/9). Adapun referendum tersebut dianggap barat dapat memicu eskalasi perang.

Hasil referendum itu dipandang sebagai bukti bahwa keempat provinsi tersebut mendukung aneksasi, sementara Ukraina dan sekutunya telah menegaskan mereka tidak akan mengakui hasilnya. Pemungutan suara di provinsi Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia, yang menempati sekitar 15 persen wilayah Ukraina.

Ukraina mengatakan Rusia berniat menggunakan hasil referendum sebagai simbol dukungan mayoritas dan sebagai dalih untuk menganeksasi, mirip dengan pencaplokan Krimea pada 2014 yang tidak diakui dunia internasional. Dengan menggabungkan empat provinsi itu ke dalam Rusia, Moskow dapat menguatkan alasan bahwa eskalasi militer diperlukan agar dapat mempertahankan wilayahnya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top