Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Pemerintah

Tiongkok Berusaha untuk Menstabilkan Perdagangan Luar Negeri

Foto : ISTIMEWA

Tiongkok menerapkan serangkaian kebijakan untuk menstabilkan skala perdagangan luar negeri negara itu.

A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Tiongkok menerapkan serangkaian kebijakan untuk menstabilkan skala perdagangan luar negeri dan memperbaiki struktur di tengah permintaan eksternal yang tidak pasti, risiko perdagangan, dan berbagai tantangan lainnya, menurut Kementerian Perdagangan Tiongkok, Minggu (23/4).

Untuk menjaga skala perdagangan luar negeri tetap stabil, negara akan berupaya menciptakan lebih banyak peluang, menstabilkan perdagangan produk-produk penting, serta mendukung perusahaan-perusahaan perdagangan luar negeri, kata Wakil Menteri Perdagangan Tiongkok, Wang Shouwen saat konferensi pers.

Seperti dikutip dari Antara, Tiongkok akan secara ekstensif menggelar kembali pameran-pameran luring domestik dan mendorong pembukaan kembali penerbangan penumpang internasional.

Negara, tambah Wang, akan mengeluarkan pedoman perdagangan spesifik untuk setiap negara, membantu produsen mobil membangun dan meningkatkan sistem pemasaran maupun layanan internasional, serta meningkatkan layanan pembiayaan perdagangan luar negeri bagi usaha menengah, kecil, dan mikro.

Untuk memperbaiki struktur perdagangan luar negeri, tambah Wang, Tiongkok akan memandu alih pemrosesan perdagangan ke wilayah tengah, barat, dan timur laut serta merumuskan standar hijau dan rendah karbon untuk beberapa produk perdagangan luar negeri.

Tingkatkan Efisiensi

Selain itu, kata Wang, Tiongkok juga akan memandu perusahaan-perusahaan dalam memanfaatkan kebijakan pajak terkait ekspor ritel e-commerce lintas perbatasan, serta meningkatkan efisiensi perizinan bea cukai.

Perdagangan luar negeri Tiongkok membukukan awal yang stabil pada 2023. Total impor dan ekspor barang meningkat 4,8 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal pertama.

Sebelumnya, Wakil Direktur Departemen Informasi Kementerian Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok, Wang Wenbin, mengatakan bahwa perlu upaya bersama oleh negara-negara dalam membangun stbilitas keuangan global guna mendukung pemulihan dan perkembangan ekonomi dunia.

Menurut Wang Wenbin, risiko keuangan global yang menonjol sangat berkaitan dengan penyesuaian agresif kebijakan moneter di AS dan negara maju lainnya. Banyak komunitas internasional berpandangan bahwa kebijakan ekonomi dan keuangan AS menimbulkan tantangan terbesar bagi stabilitas keuangan global.

"Kenaikan suku bunga besar-besaran oleh Federal Reserve AS sejak tahun lalu telah secara signifikan meningkatkan biaya pembiayaan global dan memperburuk arus modal internasional yang tidak teratur," ujarnya, Kamis (20/4).

Wang Wenbin menjelaskan hal ini tidak hanya menyebabkan kebangkrutan atau pengambilalihan beberapa bank di AS dan Eropa, tetapi juga mempersulit pasar negara berkembang dan negara berkembang, yang tidak kondusif bagi stabilitas dan pemulihan ekonomi dunia dan perkembangan umum negara dunia.

Penelitian menunjukkan kreditur komersial dari negara maju memegang hampir separuh utang negara-negara yang dililit utang di dunia. Sejak tahun lalu, tingginya suku bunga negara-negara maju termasuk AS telah meningkatkan beban utang negara-negara bersangkutan, menjerumuskan mereka ke dalam lingkaran setan pelunasan utang dan membuat mereka gagal bayar utang.

"Kami mendesak AS dan negara maju lainnya untuk secara hati-hati menilai dampak limpahan dari kebijakan ekonomi dan keuangan mereka, menstabilkan ekspektasi pasar secara tepat waktu, dan menghindari menciptakan guncangan yang merugikan stabilitas keuangan global".

"Pada saat yang sama, kami meminta negara-negara maju untuk mendengarkan negara-negara berkembang tentang apa yang sebenarnya mereka pikirkan dan sangat mereka butuhkan, memberikan bantuan nyata kepada negara-negara yang kesulitan, berhenti berbasa-basi dan menyalahkan, dan meningkatkan tanggung jawab mereka untuk mempertahankan global stabilitas keuangan dan mendorong pemulihan ekonomi global," tukas dia.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top