Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Antisipasi Krisis | Kementan Dorong Pengembangan Inovasi dan Teknologi Pertanian

Tingkatkan Ketahanan Pangan Lokal

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemanfaatan keanekaragaman pangan lokal perlu terus ditingkatkan. Langkah tersebut sebagai salah satu upaya meningkatkan resiliensi atau ketahanan pangan di tengah isu krisis pangan dunia akibat perang Ukraina dan Russia.

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arief Satria, menawarkan 10 agenda nasional untuk meningkatkan resiliensi atau ketahanan pangan. Menurut Arief Satria, 10 agenda nasional ketahanan pangan yang digagasnya telah disampaikan pada T20 Summit: Strengthening the Role of the G20 to Navigate the Current Global Dynamics, Senin (5/9) di Bali.

"Ambil hal positif dari ancaman krisis pangan global, justru untuk meningkatkan ketahanan pangan lokal. Kita harus optimis dengan keanekaragaman pangan lokal," ujarnya dalam keterangannya, Selasa (6/9).

Arief menyampaikan perlu ada upaya serius atas kondisi dunia yang dihadapkan pada masalah global. Sekitar 768 juta jiwa di dunia mengalami kelaparan pada 2021 yang berarti meningkat sekitar 46 juta jiwa dari 2020.

Data Food and Agriculture Organization (FAO) menunjukkan ada dua miliar orang mengalami masalah gizi dan 150 juta anak mengalami kekerdilan atau stunting. Selain itu, The Global Report on Food Crisis (2021) menunjukkan bahwa sekitar 193 juta jiwa di 53 negara terdampak perubahan besar-besaran atau disrupsi global yang dipicu oleh perubahan iklim, pandemi Covid-19, dan konflik Russia-Ukraina.

Mengantisipasi itu, Arief Satria pun memaparkan 10 agenda nasional yang bisa dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Pertama, intensifikasi dan pendampingan petani. Kedua, restorasi ekosistem dan tambahan ketersediaan lahan. FAO menyebutkan bahwa tahun 2030 perlu 5,4 miliar hektare lahan pertanian, dimana saat ini hanya tersedia 5,1 miliar hektare.

Ketiga, sistem pangan berbasis komunitas. Keempat, diversifikasi pangan lokal sehingga masyarakat tidak tergantung hanya pada satu produk saja seperti beras atau gandum. Banyak alternatif untuk substitusi impor seperti pangan dari sagu, sorgum, singkong, dan lain-lain.

Kelima, lanjut dia, dengan peningkatan konsumsi protein hewani, baik ikan dan daging untuk peningkatan kualitas gizi. Keenam, inovasi untuk industri pangan lokal guna meningkatkan nilai tambah dan kandungan gizinya.

Ketujuh, pengembangan sistem logistik pangan berbasis kepulauan. Delapan, mengurangi food loss and waste baik pada produksi, pascapanen, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi. Kesembilan, regenerasi dan penguatan kelembagaan petani. Kesepuluh, pentingnya arah kebijakan nasional yang berpihak pada pangan lokal seperti kebijakan rasio kandungan pangan lokal pada impor gandum.

Pacu Produktivitas

Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pengembangan inovasi dan teknologi pertanian untuk mendongkrak produktivitas hasil tani Indonesia sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

"Peran Kementan adalah untuk mendorong partisipasi aktif petani dalam mencapai swasembada pangan seraya meningkatkan kesejahteraan mereka. Di samping itu, dalam upaya mendongkrak produktivitas pangan nasional, Kementan senantiasa mendorong berbagai inovasi di sektor pertanian," kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi, dalam keterangan tertulis di Jakarta, kemarin.

Suwandi menuturkan peningkatan pendapatan petani khsususnya petani tanaman pangan merupakan salah satu tujuan pemerintah dalam membangun pertanian. Kebijakan dan program Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, memfokuskan pada peningkatan produksi berbasis teknologi dan korporasi untuk penguatan ketahanan pangan hingga ekspor, sehingga kesejahteraan petani pun membaik.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top