Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Politik AS

Tim Sukses Trump Manipulasi Data Facebook

Foto : AFP/ALEX WONG

Andrew McCabe

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Sebuah perusahaan konsultan analisis data yang bekerja untuk tim sukses Donald Trump pada pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2016, diketahui telah memanen jutaan profil pengguna Facebook yang menjadi pemilih AS pada pemilu 2016.

The Guardian menyebut skandal ini sebagai salah satu pembobolan data terbesar perusahaan raksasa IT tersebut yang hasilnya dimanfaatkan untuk membuat program software canggih yang bisa memprediksi dan mempengaruhi pilihan orang di kotak suara pemilu.

Seorang whistleblower mengungkapkan kepada surat kabar Inggris, Observer, mengenai bagaimana perusahaan bernama Cambridge Analytica yang dimiliki miliarder pengelola dana Robert Mercer dan dikepalai mantan penasihat utama Trump bernama Steve Bannon itu memanfaatkan informasi pribadi yang didapat tanpa izin pada awal 2014 untuk membangun sistem yang bisa memprofilkan para pemilih AS sehingga menjadi sasaran iklan politik pribadi tim sukses Trump.

Dokumen-dokumen yang diperlihatkan kepada Observer yang kemudian dibenarkan Facebook, menunjukkan bahwa pada akhir 2015 perusahaan analisis data itu telah memanen data dalam jumlah tak terkira.

Sementara itu New York Times melaporkan bahwa salinan data yang dipanen Cambridge Analytica masih bisa ditemukan secara online, bahkan tim reportase mereka mendapati data mentahnya.

Data itu sendiri dikumpulkan oleh sebuah aplikasi bernama thisisyourdigitallife yang diciptakan oleh akademisi Aleksandr Kogan. Melalui perusahaan Kogan yang bernama Global Science Research (GSR), dengan kolaborasi Cambridge Analytica, ratusan ribu pengguna telah dibayar untuk menjalani tes kepribadian dan setuju memberikan data mereka untuk tujuan akademis.

Namun aplikasi ini juga ternyata mengumpulkan informasi mengenai teman-teman Facebook dari ratusan ribu yang dibayar untuk mengikuti tes.
Kebijakan Facebook sendiri hanya membolehkan pengumpulan data teman dalam rangka meningkatkan pengalaman pengguna aplikasi itu dan dilarang menjual atau memanfaatkan data itu sebagai sasaran iklan.

Penemuan pemanenan data tak terhingga besar ini dan pemanfaatannya, telah membersitkan pertanyaan mengenai peran Facebook dalam menyasar pemilih pada Pemilihan Presiden AS 2016.

Pecat McCabe

Temuan ini hanya beberapa pekan setelah pengacara khusus Robert Mueller yang menangani dugaan intervensi Russia dalam pemilu AS mengeluarkan dakwaan kepada 13 warga Russia. Mueller juga menuduh Russia telah memanfaatkan Facebook untuk melakukan perang informasi terhadap AS.

Masih terkait dengan investigasi peran Russia dalam pemilihan umum AS 2016, Jaksa Agung AS, Jeff Sessions, pada Jumat (16/3) telah memecat Andrew McCabe, mantan pejabat nomor dua FBI yang juga terlibat jauh dalam investigasi terhadap Hillary Clinton dalam pemilihan umum AS 2016.

"Berdasarkan laporan Inspektur Jenderal, temuan dari Kantor Tanggung Jawab Profesi FBI, dan rekomendasi dari pejabat karir senior departemen, saya telah menghentikan penugasan Andrew McCabe segera," kata Sessions.

Pemecatan McCabe terjadi dua hari sebelum ulang tahunnya yang ke-50 atau sebelum resmi ia pensiun. Atas putusan Sessions untuk memecat McCabe, Presiden Trump menyebut momentum itu sebagai hari besar bagi demokrasi. Sementara McCabe menyebut dirinya jadi korban dari "perang" antara FBI dan pemerintahan AS terkait penyelidikan tudingan ikut campurnya Russia dalam pilpres AS 2016 lalu dimana Presiden Trump telah meminta para pengacaranya untuk segera mengakhiri penyelidikan tersebut. n

Ant/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Antara, AFP

Komentar

Komentar
()

Top