Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jumat, 13 Sep 2019, 01:00 WIB

Terima Kasih BJ Habibie

Foto: koran jakarta/ones

oleh Bimo Joga Sasongko

"Ibu pertiwi engkau pegangan. Dalam Perjalanan. Janji pusaka dan sakti

Tanah tumpah darahku. Makmur dan suci." Potongan puisi ini karya Presiden ketiga RI, BJ Habibie, yang wafat Rabu (11/9) pukul 18.05 di RSPAD Gatot Soebroto. Puisi menunjukkan BJ Habibie mencintai bangsanya. Ibu Pertiwi sebagai personifikasi jiwa kebangsaan yang terkandung cita-cita dan mimpi harus diwujudkan.

Habibie muda sejak 1950 sudah berpikir bisa mewujudkan impian Ibu Pertiwi. Terpicu karibnya semasa SMA di Kota Bandung bernama Lim Keng Kie, Rudy (begitu dia biasa dipanggil) harus meninggalkan Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung, lalu berjuang keras menjadi mahasiswa Rheinisch Westfalische Technische Hochschule, Aachen. Ini perguruan tinggi tertua di Jerman yang didirikan untuk menunjang tahapan revolusi industri.

Impian Ibu Pertiwi semakin mengkristal dalam sanubari dan terngiang-ngiang di telinga Rudy. Ini terlebih ketika 1955 menyimak gelora pidato Presiden Soekarno. Saat itu, Bung Karno menyatakan impian-impian Ibu Pertiwi terkait dengan pentingnya kemandirian sarana-prasarana perhubungan Indonesia. Untuk itu, dibutuhkan kapal laut dan pesawat terbang yang dibuat negeri sendiri oleh putra-putri bangsa.

Dalam perjalanan waktu, harapan dan keinginan Bung Karno dibayar lunas karena diwujudkan BJ Habibie, di antaranya berhasil mendirikan bermacam wahana transformasi teknologi dan industri. Dia juga menyiapkan SDM unggul yang mampu bekerja sama dan bergotong royong mewujudkan impian Ibu Pertiwi. Habibie juga telah menyiapkan cetak biru infrastruktur bangsa berbasis kemandirian dan proses nilai tambah optimal perekonomian nasional.

Kita bisa menyimak saat dia menjabat Menristek dengan mengirimkan sekitar 4.000 pemuda lulusan SMA untuk kuliah di luar negeri S2 dan S3. Mereka kini tersebar di berbagai lembaga pemerintahan dan swasta menjadi pengembang serta inovator teknologi. Mereka berhasil mentransformasi proses dan model bisnis di berbagai perusahaan terkemuka.

Kini mereka harus mencurahkan pikirkan pembangunan infrastruktur dan pengembangan industri nasional. BJ Habibie menyiapkan SDM unggul untuk transformasi bangsa. Dia siapkan "jembatan udara" kepulauan Nusantara dengan portofolio kompetensi.

Portofolio bisa disimak pada SDM PT Dirgantara Indonesia. Sebagai negara kepulauan, negeri ini membutuhkan strategi yang tepat dalam pengadaan pesawat komuter sebagai jembatan udara dengan memproduksi sendiri. Warisan ini seharusnya dikembangkan secara optimal.

Semangat kerjanya dilandasi filosofi "Walk the Talk" untuk menggambarkan bahwa di balik kepemimpinan terkandung kerja detail. Kebangkitan nasional yang menjadi visi para pemimpin bangsa dari waktu ke waktu bisa terwujud melalui kerja detail. Ada benang merah visi kebangkitan nasional antara Bung Karno dan Habibie yang bertemali dalam karakter kenaikan bangsa, di antaranya kegandrungan serbabesar dan unggul untuk bangsa.

Teknologi

Pada sisi Habibie, kecenderungan kenaikan bangsa ini terartikulasikan dalam sebuah visi penguasaan teknologi tinggi. Langkahnya mendirikan wahana industrialisasi berbasis hi-tech dan pusat iptek berawal dari akhir dalam alih teknologi, searah visi Bung Karno. Selain membangun infrastruktur berupa fasilitas fabrikasi, permesinan, dan laboratorium yang hampir setara dengan perusahaan dirgantara raksasa Amerika Serikat seperti Boeing, Habibie berhasil membentuk portofolio kompetensi dalam suatu sistem job establishment berkelas dunia.

Ini meliputi postur SDM yang kompetensinya terdiri atas kelompok engineering terdapat 141 job-title. Kemudian, kelompok produksi 65 job-title, sumber daya manusia 82, dan niaga 21. Postur SDM dan portofolio kompetensi ini sesuai dengan perkembangan dunia tersebut juga terjadi di wahana maritim (PT PAL), dan industri hankam (PT Pindad). Bung Karno pernah menyatakan, seusai dengan perjuangan fisik menumb a n g k a n ko l o n i a l i s m e dan imperialisme, bangsa Indonesia memasuki tahap perjuangan baru: menyelenggarakan masyarakat adil makmur.

Untuk itu, harus dibangun karakter bangsa dan mendirikan sekolah-sekolah teknik. Bung Karno mengirim putra-putri Indonesia lulusan SMA belajar ke Eropa Timur dan Uni Soviet. Mereka disebut mahasiswa ikatan dinas (Mahid). Dalam pidato pelepasan Mahid, Bung Karno berpesan agar mereka belajar sebaik-baiknya dan kembali ke tanah air untuk membangun negeri.

Pembanguan karakter bangsa perlu metode yang efektif agar bisa diserap dengan baik oleh generasi saat ini. Film Rudy Habibie yang merupakan sekuel Habibie & Ainun merupakan salah satu metode pembangunan karakter bangsa. Film tersebut mengandung banyak pesan kebangsaan dan nilai perjuangan bangsa dalam menggapai cita-cita.

Kontennya juga sebagai dialektika dan perjuangan Habibie saat kuliah di RWTH Aachen, Jerman. Saat itu Habibie muda yang biasa dipanggil Rudy dalam kondisi penuh keprihatinan. Dia tidak hanya belajar teknologi penerbangan, tetapi juga mendalami arti cinta, persahabatan dan mengkaji persoalan bangsa bersama para mahasiswa Indonesia lain yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI).

Sejak PPI Jerman didirikan 1956, sebagai pengurus, Rudy memiliki obsesi pembangunan yang detail. Menurutnya, PPI sebaiknya tidak terlalu berpolitik praktis, tetapi harus mulai menyiapkan wahana bangsa di berbagai bidang seperti kedirgantaraan, maritim, ketenagalistrikan, dan industrialisasi lainnya. Wahana merupakan sarana dan prasarana strategis untuk pembangunan bangsa bertumpu pada prinsip kemandirian.

Waktu telah menobatkannya menjadi eyang bagi generasi bangsanya. Sepanjang karier, eyang Habibie telah mempersiapkan berbagai wahana industrialisasi, pusat Iptek, serta mencetak ribuan SDM unggul untuk menjalankan berbagai bidang pembangunan. Selamat jalan Habibie. Terima kasih atas jasamu memajukan teknologi dan demokrasi negeri ini. Penulis Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie

Penulis: Arip, CS Koran Jakarta, Dika, Dimas Prasetyo, Dio, Fathrun, Gembong, Hamdan Maulana, Hayyitita, HRD, Ichsan Audit, Ikn, Josephine, Kelly, Khoirunnisa, Koran Jakarta, Leni, Lukman, Mahaga, Monic, Nikko Fe, Opik, Rabiatul Adawiyah, Rizky, Rohmad, Sujar, Tedy, User_test_2, Wahyu Winoto, Wawan, Zaky

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.