Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Terancam Punah, Tanaman Langka Dehaasia Ditemukan di TNMB

Foto : ANTARA/HO-TN Meru Betiri

Arsip foto: Tumbuhan endemik langka yang terancam punah Dehaasia pugerensis ditemukan di Resort Wonoasri, SPTN Wilayah II Ambulu, kawasan TN Meru Betiri di Kabupaten Jember pada akhir Agustus 2024.

A   A   A   Pengaturan Font

JEMBER - Flora atau tumbuhan endemik langka dan terancam punah Dehaasia pugerensis yang konon di bumi hanya terdapat di wilayah Kabupaten Jember, Jawa Timur dan tersisa 191 individu dewasa, ditemukan di kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB).

Penemuan tersebut berawal dari kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh Yayasan Save Indonesian Nature & Threatened Species (SINTAS) Indonesia dan Pusat Riset Ekologi dan Etnologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kerja sama dengan pengelola Taman Nasional (TN) Meru Betiri.

"Kami diberikan pelatihan eksplorasi terkait dengan flora Dehaasia itu dan saat peserta pelatihan turun ke kawasan rimba di TN Meru Betiri ditemukan cukup mudah tumbuhan endemik yang terancam punah itu tumbuh di tepi jalan," kata Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) TN Meru Betiri Nur Rohmah saat ditemui di kantornya di Jember, Kamis (12/9).

Menurutnya pihak BRIN sudah melakukan penelitian sejak 2020 dan menyatakan bahwa tumbuhan Dehaasia merupakan jenis flora endemik yang hanya satu-satunya ditemukan di Kabupaten Jember, tepatnya di Kecamatan Puger dan hanya tersisa 191 individu dewasa.

"Spesies Dehaasia itu masuk daftar merah yang diterbitkan International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan kategori terancam kritis (critically endangered, sehingga kami bersyukur tumbuhan itu masih bisa ditemukan di kawasan TN Meru Betiri," tuturnya.

Ia menjelaskan jenis tumbuhan endemik langka tersebut ditemukan di kawasan Resort Andongrejo yang masuk Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Ambulu saat peserta pelatihan melakukan pelacakan di lapangan bersama pemateri.

"Setidaknya terdapat lima individu flora Dehaasia yang ditemukan di wilayah ini, namun beberapa petugas TN Meru Betiri juga menemukan di Resort Bandealit dan Resort Wonoasri, keduanya masih masuk SPTN Wilayah II Ambulu, sehingga totalnya sekitar 15 individu," katanya.

Nur Rohma meyakini bahwa jenis tumbuhan tersebut kemungkinan bisa ditemukan di kawasan TN Meru Betiri lainnya karena petugas dengan mudah menemukan tumbuhan yang berukuran tidak terlalu besar itu, namun pihaknya masih akan melakukan inventarisasi terkait populasinya ke depan.

"Berdasarkan data inventarisasi flora di TN Meru Betiri tercatat setidaknya terdapat 602 jenis tumbuhan yang terdiri atas 98 Familia dengan 242 jenis di antaranya berkhasiat sebagai tumbuhan obat, sehingga dengan tambahan Dehaasia maka jumlah flora bertambah menjadi 603 tumbuhan," ujarnya.

Ke depan, lanjut dia, pihaknya memiliki pekerjaan rumah (PR) untuk inventarisasi populasi Dehaasia pugerensis ada berapa individu spesies dan tumbuhan itu bisa tumbuh di ketinggian berapa karena tumbuhan endemik itu biasanya punya habitat tertentu dan khusus.

"Tumbuhan itu dalam status terancam kritis, sehingga harus dilindungi agar tidak punah (extinct). Tumbuhan yang tingginya sekitar 8 meter dan pohonnya tidak terlalu besar itu tidak menjadi potensi ilegal logging di zona rimba," katanya.

Ia mengatakan jenis flora yang tumbuh dan fauna yang hidup di kawasan TN Meru Betiri dipastikan akan terus bertambah seiring dengan kegiatan penelitian yang dilakukan mahasiswa dan dosen dari berbagai perguruan tinggi ke taman nasional tersebut, namun pihaknya juga sudah memiliki data base flora dan fauna.

Kawasan TN Meru Betiri merupakan salah satu wilayah di Pulau Jawa yang masih menyisakan formasi hutan hujan tropis dataran rendah dengan formasi yang relatif lengkap. Tercatat setidaknya memiliki 512 jenis satwa yang terdiri atas 31 mamalia, 7 reptilia, 254 aves, 123 insecta, 40 pisces, 71 anthropoda, 17 odonata, 10 amphibi, 6 bivalvia.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top