Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tempe Indonesia Semakin Populer di Amerika

Foto : VoA
A   A   A   Pengaturan Font

Octavianus yang berlatar belakang pendidikan bidang manufaktur makanan bertanggung jawab pada proses pembuatan tempe, sementara Aristiya yang bergelar Sarjana desain grafis dan berprofesi sebagai fotografer bertanggung jawab pada desain produk dan pengemasannya.

"Awalnya kenapa bikin itu karena partner saya yang mulai, namanya Daniel dan Meylia. Mereka cari tempe di US cuma yang rasanya lokal itu tidak ada. Jadi mereka kalau beli di supermarket adanya yang rasanya rada pahit. Jadi mereka coba belajar bikin sendiri dan membikin alat-alatnya sendiri, terus resepnya sendiri, dan belajar dari Indonesia juga. Akhirnya ya tambah besar saja, terus mulai mencoba mass produce. Jadi tahun 2020 kami bantu mereka buat mass produce (produksi dalam jumlah besar)."

Aristiya Dwiyanti menimpali bahwa binis tempe di Amerika cukup menjanjikan. "Kalau kita lihat di market sekarang, tren untuk vegan atau vegetarian itu semakin tahun trennya memang semakin naik. Jadi, ada data juga yang memperlihatkan kalau konsumsi tahu tempe itu setiap tahun memang semakin naik. Nah, karena itu, kita lihat ini kesempatan yang bagus untuk tempe Indonesia bisa masuk pasar Amerika. Prospek jangka panjangnya yang bagus," jelas dia.

Di kawasan Barat Tengah Amerika, di kota kecil Greensburg di Indiana juga berdiri sebuah pabrik tempe yang diprakarsai oleh seorang diaspora Indonesia Mayasari Effendi bersama suaminya Richard Mays. Maya, yang datang ke Amerika pada 2004 untuk menempuh studi ilmu komputer di Universitas Purdue di West Lafayette, Indiana, tetapi kemudian pindah ke jurusan manajemen di kampus yang sama, memulai bisnis satu-satunya restoran Indonesia di kota kecil Greensburg, Indiana, pada 2012 dengan nama Mayasari Indonesian Grill. Kecintaan Maya pada hobi masak makanan asli Indonesia mebuatnya mendambakan cita rasa makanan dari tanah air, terutama tempe yang otentik.

Dari kerinduan akan tempe itu pula Maya kemudian membuatnya sendiri, bahkan jauh sebelum membuka restorannya. Maya juga memasukkan tempe dalam daftar menu di restorannya. Memang, tempe tidak lalu serta-merta diterima oleh masyarakat setempat, tetapi upaya promosi dan edukasi yang dilakukannya terus menerus akhirnya berbuah.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top