Tekanan Kurs Bakal Memacu Lonjakan Utang Luar Negeri
ALOYSIUS GUNADI BRATA Pengamat Ekonomi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta - ULN pemerintah secara teoretis harusnya porsinya mengecil di masa normal, maka kebekuan komposisi ULN ini sekaligus memberikan indikasi kalau krisis belum terobati.
"Sebenarnya belum terlalu tepat untuk mengatakan ada komitmen serius menurunkan ULN," kata Aloysius.
Selain itu, penurunan yang lambat boleh jadi karena situasi ekonomi yang memang masih bergerak tidak stabil. Sementara proyeksi yang ada justru memberikan sinyal negatif bahwa pertumbuhan ekonomi akan melambat. Maka, tren penurunan ULN tersebut masih mungkin untuk menjadi labil.
Begitu juga dengan komposisi ULN pemerintah dan swasta yang tidak banyak berubah, cenderung seimbang. Hal itu berarti magnitudo beban ULN pemerintah sebetulnya juga tidak banyak berkurang.
"ULN pemerintah secara teoretis harusnya porsinya mengecil di masa normal, maka kebekuan komposisi ULN ini sekaligus memberikan indikasi kalau krisis belum terobati," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan dengan komposisi sekitar 65 persen dalam denominasi dollar AS, ada kecenderungan ULN akan meningkat karena ketidakstabilan nilai tukar terhadap mata uang global. Hal itu membawa risiko yang tidak kecil dari sisi beban pelunasan karena dominannya pergerakan dollar AS. Apalagi porsi utang jangka pendek cenderung meningkat belakangan ini, dari 11 menjadi 13 persen.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya