Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tekad Binaragawati Penyandang Disabilitas yang Merebut Simpati di Tiongkok

Foto : AFP

Binaragawati Disabilitas - Gui Yuna (kiri) saat dibimbing pelatihnya di sebuah pusat kebugaran di Shanghai pada 4 Desember lalu. Walau dirinya penyandang disabilitas yang kerap dipinggirkan, Gui menyatakan bahwa kekurangannya itu justru telah menempa tekad dan semangat hidupnya.

A   A   A   Pengaturan Font

Derai air mata memenuhi pelupuk Gui Yuna setiap ia menceritakan bagaimana ia kehilangan kaki kanannya dalam sebuah kecelakaan di jalan raya saat ia berusia 7 tahun dan soal gangguan dari teman-teman di sekolahnya yang dengan sengaja menendang tongkat kruk sehingga Gui kerap terjatuh.

Namun kini teman-teman sekolahnya tak lagi memiliki nyali untuk mengganggu Gui, 35 tahun, karena ia adalah binaragawati berprestasi dan mantan atlet paralimpik yang kisah inspirasinya telah viral di Tiongkok.

Gui, yang pernah berkompetisi dalam cabang olahraga atletik lompat jauh pada ajang Paralimpiade Athena 2004, kini jadi telah beralih jadi atlet binaraga yang pada Oktober lalu baru saja menjuarai sebuah kompetisi untuk pertama kalinya.

Gambar-gambar dirinya saat sedang berjalan di atas panggung untuk memperlihatkan kekekaran ototnya sambil dengan mengenakan sepatu hak tinggi dan bikini serta bersandar pada tongkat kruknya, banyak ditampilkan di media massa Tiongkok dan membuatnya mendapatkan amat banyak pengikut secara daring.

Dengan tekad baja dan sikap positif yang diperlihatkannya, Gui dianggap sebagai inspirasi di negara di mana para penyandang disabilitas kerap dipinggirkan.

"Mungkin saja saya memenangkan kompetisi itu bukan karena profesionalisme atau otot saya, tetapi karena kepercayaan diri dan keberanian saya untuk berdiri di atas panggung dan menunjukkan diri saya kepada semua orang," kata Gui merendah.

Saat diwawancarai, Gui baru saja menyelesaikan sesi latihan intensif di sebuah pusat kebugaran di Shanghai dan sesi latihannya tak pernah luput ia posting ke-200.000 pengikutnya di media sosial TikTok.

Gui sama sekali tak teringat bagaimana saat ia tertabrak sebuah truk saat ia pulang sekolah. Namun ia tak akan pernah lupa bagaimana saat ia masih kecil dengan sebagian kecil paha kaki kanan yang tersisa, mengalami gangguan di sekolah dari anak-anak lain yang menendang tongkat kruknya atau dengan sengaja menarik kursi saat ia hendak duduk, hingga Gui terjatuh.

"Mereka meledak saya dengan sebutan si buntung atau kucing berkaki tiga," kenang Gui dengan cucuran air mata mengalir di matanya, meskipun peristiwa itu terjadi hampir tiga dekade lalu.

"Seringkali lontaran kata kasar dan terkadang terjadi kekerasan fisik. Saat pertama kali mereka membuat saya terjatuh, saya menangis. Tetapi kemudian saya terbiasa dan saya berpikir: Anda dapat menindas saya sesuka Anda, tetapi saya akan baik-baik saja karena saya memiliki hati yang pemberani," tegas Gui.

Tempaan Kesulitan

Gui yang berasal dari Kota Nanning di Tiongkok selatan, dibesarkan oleh ibundanya saja karena ayahandanya telah meninggal dunia sebelum ia terlahir. Walau ada banyak aral melintang selama perjalanan hidupnya, kegiatan atletik justru telah menempa tekad dan semangat hidup Gui hingga pada 2001 ia terlibat dalam olahraga paralimpik dan kemudian mewakili Tiongkok dalam ajang Olimpiade 2004 serta berhasil menduduki peringkat ke-7 dalam kategori lompat jauh.

Gui juga pernah menekuni cabang olahraga lompat tinggi serta cabang panahan, dan pernah ikut serta dalam lari estafet sambil membawa obor untuk ajang Olimpiade Musim Panas dan Paralimpiade Beijing 2008.

Setelah memutuskan untuk pensiun dari kompetisi pada 2017, Gui justru mengalami lebih banyak diskriminasi di dunia kerja. Ia ditolak oleh banyak perusahaan hanya dengan alasan bahwa dirinya tidak sesuai dengan "citra" mereka.

"(Mereka) secara tak langsung menyatakan bahwa saya akan merusak citra mereka," kata Gui. "Saya melamar pekerjaan hampir ke-20 perusahaan dan semuanya mengatakan hal yang sama," imbuh dia.

Reaksi negatif pun dialaminya dirasakan saat ia memutuskan untuk menekuni aktivitas binaraga untuk pertama kalinya walau banyak pengikutnya di media sosial memujinya. Ia sempat merasa minder dengan binaragawati pesaing yang memiliki tubuh berotot secara sempurna. Tekad Gui untuk menekuni aktivitas fisik yang baru ini pun tak luput dari cibiran yang mengatakan agar ia berdiam diri di rumah saja atau mengasihani nasib buruk yang dialami Gui.

Namun semua itu sudah tak dihiraukan Gui yang saat ini adalah seorang mitra pada sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri pada pengerjaan dekorasi rumah.

"Banyak orang berpikir bahwa keberuntungan menjauh dari saya, namun itu tidak benar karena saya justru harus berterima kasih pada semua tempaan kesulitan karena membuat hati saya semakin tegar dan menjadikan saya apa adanya saat ini," pungkas Gui. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top