Tawarkan Keindahan Panorama Alam Perbukitan
Foto: foto-foto: koran jakarta/teguh rahardjoWilayah Kota Bandung di bagian Timur sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kawasan Utara. Wilayahnya penuh dengan perbukitan, namun lebih banyak perumahan. Perbukitannya pun cukup tinggi, bahkan dari puncaknya bisa melihat landskape kota Bandung dengan leluasa. Misalnya saja jika menjelajahi kawasan perbukitan di Pasir Impun.
Ada beberapa spot menarik yang bisa disambangi di Pasir Impun, semuanya menawarkan keindahan panorama alam, baik yang alami ataupun buatan.
Jalan Pasir Impun tidak terlalu jauh dari Terminal Cicaheum Kota Bandung. Mudah ditemui, karena semua angkutan umum akan melintasinya. Namun akan lebih menarik jika menjelajahi kawasan Pasir Impun dengan menggunakan sepeda ataupun motor trail. Mengingat jalan yang akan dilalui cenderung terjal, menanjak dan sempit. Cocok untuk olah raga ekstrem seperti sepeda gunung atau trail.
Spot pertama yang kini semakin dikenal masyarakat, bukan hanya warga Bandung tapi juga luar Bandung adalah sebuah curug atau air terjun yang sebelumnya merupakan bekas usaha galian tambang batu. Warga setempat kemudian menamakannya Batu Templek. Karena merupakan batu cadas yang terlihat berlapis atau saling menempel.
Dari titik masuk jalan A. Yani Kota Bandung menuju ke lokasi Batu Templek tidak terlalu jauh. Hanya sekitar lima kilometer saja. Namun demikian karena jalanan yang menanjak, jika bersepeda memerlukan waktu sekitar satu jam. Dengan motor setidaknya hanya butuh waktu setengah jam.
Untuk menuju air terjunnya, memang lebih baik tidak menggunakan kendaraan roda empat. Lebih aman menggunakan motor atau sepeda saja.
Setelah sekitar setengah jam perjalanan dengan motor, pengunjung akan menemukan gapura sederhana, yang menunjukan kawasan Curug Batu Templek. Biasanya di depan gapura ini pengunjung menitipkan kendaraan, jika menggunakan mobil.
Tapi motor atau sepeda bisa saja ikut turun menuju ke dekat curug. Jalan yang ditempuh sangat curam dengan kemiringan sekitar 45 derajat.
Saat tiba di lokasi, pemandangan unik pun terlihat. Sebuah tebing bekas usaha tambang galian batu berdiri kokoh, sementara sejumlah air terjun dengan debit air yang tidak terlalu besar terus mengucur. Menurut warga setempat, air terjun akan terlihat bagus saat musim hujan, karena debitnya lebih banyak.
Sementara itu terlihat anak-anak sedang asyik bermain air di bawah tebingnya. Mereka bebas berlarian diantara lantai batu cadasnya. Tidak terlalu licin karena air terus mengalir sehingga lumut tidak begitu banyak.
Curug Batu Templek ini mirip dengan lokasi wisata di Kabupaten Bandung yang juga berawal dari penggalian yakni Kampung Batu Malakasari. Pemandangan alam dari tempat ini terutama susunan dan warna tebing bebatuannya yang kekuning-kuningan menjadi nilai eksotisme tersendiri.
Jenis batu yang ada di tebing ini adalah bebatuan metamorf, yang terbentuk karena faktor perubahan tekanan udara dengan suhu yang tinggi di dalam perut bumi. Karena keberadaan bebatuan di lokasi air terjun Curug Batu Tempek ini ternyata tidak lepas juga dari sejarah Cekungan Bandung di zaman purba.
Lokasi Curug Batu Templek sendiri masuk wilayah Kampung Cisanggarung Lebak, Pasir Impun Desa Cikadung, Kecamatan Cimenyan, sudah masuk wilayah Kabupaten Bandung. Di kawasan curug juga terdapat warung-warung untuk sekedar istirahat dan ada lapangan kecil yang bisa digunakan untuk botram (makan bersama). Karena masih baru, kawasan ini belum terurus dengan baik, bahkan tiket masuknya pun hanya 5 ribu saja, sekedar uang keamanan. Murah meriah. tgh/R-1
Suasana Alam Santosa
Pasir Impun merupakan kawasan hijau yang terletak di kaki Gunung Manglayang. Suasana alam di kaki gunung tentunya sangat asri dan udaranya sejuk. Saat ini banyak yang mengusahakan kawasan Pasir Impun untuk rumah makan atau tempat wisata alam. Namun tetap mengedepankan keasriannya.
Misalnya Alam Santosa. Tempat ini memiliki bangunan rumah atau bangsal pertemuan yang sengaja dibuat mirip dengan bangunan adat kampung budaya tertentu di Jabar. Misalnya saja bangunan yang dinamakan Bale Gede. Bangunan ini dibuat dengan gaya Julang Ngapak.
Fungsi bangunan tradisional di kampung wisata ini memang berbeda-beda. Misalnya untuk rumah tinggal, yang menjadi kediaman pemilik dari ekowisata ini. Lalu ada bangunan yang disebut leuit atau lumbung padi. Sehingga jika berkeliling di kampung wisata tersebut, Anda seperti akan melihat miniatur rumah-rumah adat Jawa Barat yang dibangun semirip mungkin dengan rumah asalnya.
Datang ke kawasan ini, Anda dapat duduk-duduk santai di sekitaran Bale Gede pada kursi-kursi berukuran besar yang terbuat dari kayu. Ada yang dibuat dengan desain teratur dan ada juga tempat duduk yang sengaja dibuat senatural mungkin, hanya berupa gelondongan potongan kayu besar.
Saat duduk-duduk santai di bagian atas Alam Santosa, pemandangan Kota Bandung dari atas nampak sangat jelas. Di balik rimbunnya pepohonan, jika beruntung, saat cuaca cerah, pengunjung dapat menyaksikan pergantian malam hari dengan jelas.
Kalaupun tidak ada pertunjukan budaya, mengunjungi lokasi ini terasa cukup menyegarkan. Sebab suasana alam nan hijau serta udara yang masih alami akan membuat fikiran kembali segar.
Untuk mencapai lokasi Alam Santosa juga tidak terlalu sulit. Setelah pertigaan Pasir Impun, Anda meneruskan perjalanan naik ke Gunung Manglayang. Diperlukan waktu sekitar 10 menit dari Jalan A. Yani.
Hanya Anda harus ekstra hati-hati, karena beberapa titik jalan akan menyempit. Selain itu terdapat beberapa tanjakan yang cukup terjal dengan kemiringan mencapai 30 - 40 derajat. Setibanya di lokasi, Anda akan disambut oleh para pemuda yang mengenakan baju serba hitam dengan ikat kepala khas Jabar. Lokasi parkirnya pun cukup luas.
Untuk menjelajahi Alam Santosa dengan luas sekitar 5 hektare ini Anda harus membekali dengan air minum. Pasalnya untuk mencapai lokasi teratas, Anda harus menaiki tangga yang lumayan tinggi. Tidak jarang pengunjung berusia lanjut harus istirahat terlebih dulu di tengah tangga untuk memulihkan tenaga.
Dari bagian teratas Alam Santosa, Anda dapat menikmati suasana dingin dan sejuknya udara Bandung Timur. Sambil bercengkerama dengan keluarga, duduk-duduk di bangku kayu. Sementara ada kolam besar yang sengaja dibuat pengelola untuk digunakan anak-anak bermain rakit-rakitan dari bambu. tgh/R-1
Penulis:
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Hati Hati, Banyak Pengguna yang Sebarkan Konten Berbahaya di Medsos
- 2 Buruan, Wajib Pajak Mulai Bisa Login ke Coretax DJP
- 3 Ayo Terbitkan Perppu untuk Anulir PPN 12 Persen Akan Tunjukkan Keberpihakan Presiden ke Rakyat
- 4 Cegah Pencurian, Polres Jakbar Masih Tampung Kendaraan Bagi Warga yang Pulang Kampung
- 5 Gerak Cepat, Pemkot Surabaya Gunakan Truk Tangki Sedot Banjir
Berita Terkini
- Optimalkan Potensi Garam Indramayu demi Sokong Swasembada, Berikut Ini Strategi Pemerintah
- Pemerintah Kurang Sensitif, Sudah Tahu Konsumsi Melemah, Tetapi PPN Tetap Naik
- Transaksi SPKLU Meningkat Signifikan di Beberapa Wilayah Ini
- Klasemen Liga Inggris: Liverpool Jauhi Kejaran Chelsea di Puncak Klasemen
- Asyik, KAI Perpanjang Waktu Layanan LRT Jabodebek saat Malam Pergantian Tahun