Target Pertumbuhan Ekonomi Dinilai Kurang Realistis
"Untuk dorong pertumbuhan 5,9 persen prasyaratnya stimulus fiskal harus jor-joran, belanja subsidi energi wajib diperlebar," kata Bhima.
Sementara itu, pengamat kebijakan publik Narasi Institut, Achmad Nur Hidayat, mengatakan target 5,9 persen dengan tingkat inflasi berkisar 2,0-4,0 persen secara tahunan atau year on year (yoy) adalah target yang terlalu optimis dan sangat tidak realistis. Selain itu juga tidak membumi seolah ancaman perang Ukraina- Russia hilang dan tidak ada ancaman stagflasi di seluruh dunia.
Diminta terpisah, pakar ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, mengatakan pemerintah harus hati-hati menyikapi keputusan Banggar DPR. Menurutnya, lebih baik pesimis dari daripada terlalu optimis.
"Artinya, DPR lebih optimistis dari pemerintah soal prospek pendapatan tahun depan. Maka Menkeu perlu melobi agar usulannya diperhatikan. Bagaimanapun dalam kondisi seperti sekarang, kita lebih baik pesimis daripada terlalu optimis. Karena kalau nanti hasilnya tidak sesuai harapan, akan ada cost yang harus kita keluarkan," ujar Wibisono.
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya