Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tanwir Muhammadiyah

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Oleh Siswanto Rusdi

Persyarikatan Muhammadiyah menggelar sidangTanwir bulan ini, tepatnya 15-17 Februari 2019. Forum tertinggi setelah Muktamar ini dihelat di Bengkulu dan membahas isu-isu strategis bagi persyarikatan, keagamaan, dan kebangsaan. Peserta yang dating dari seluruh provinsi di Tanah Air, bahkan perwakilan Muhammadiyah di luar negeri, akan membahas isu-isu tersebut yang hasilnya dituangkan kedalam rekomendasi Tanwir.

Dengan waktu pelaksanaan pileg dan pilpres yang semakin mendekat, dapat dipastikan center of gravity rekomendasi siding Tanwir adalah isu politik, wabilkhusus terkait kedua paslon capres dan cawapres. Dua pasang calon ini malah diagendakan bicara di depan forum Tanwir. Namun, isu lain juga tak kalah menarik, kemaritiman contohnya. Persoalannya, apakah isu kemaritiman/kelautan akan dibahas olehTanwir. Mari sama-sama kita lihat nantinya.
Pembaca barangkali mencari hubungan yang signifikan antara Muhammadiyah dan kemaritiman.Sekilas memang amatlah jauh hubungan gerakan pembaharuan Islam di Indonesia itu dengan isu-isu kemaritiman. Namun, jika sejarah persyarikatan didalami dengan seksama, ada hubungan erat antara keduanya.Yaitu, semangat pembaharuan atau tajdid yang diusung oleh pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan sejatinya adalah semangat kemaritiman kendati bisa jadi yang bersangkutan tidak menyadari hal itu.

Semangat kemaritiman adalah elan yang mengisi relung kesadaran para penduduk yang mendiami pesisir, laut ataupun sungai. Kualitas psikis ini ditandai oleh kecenderungan alam pemikiran mereka yang sangat terbuka (receptive) terhadap berbagai gagasan baru, baik yang dibawa oleh pendatang ataupun yang berasal dari komunitas mereka sendiri. Sejarah dunia telah membuktikan keberadaan semangat ini. Hampir semua peradaban besar dunia, Mesir, India dan Persia misalnya, merupakan kota-kota yang dibangun di pesisir. Dan, masyarakatnya sangat receptive terhadap gagasan dan pendatang. Jika tidak, manalah mungkin mereka menjadi saudagar di bandar-bandar tadi.

Muhammad Darwisj, nama asli KH Ahmad Dahlan, juga seorang pedagang di samping sebagai khatib amin di keraton Yogyakarta. Ia mewarisi jabatan ini dari ayahnya KH Abu Bakar yang wafat pada 1896. Pengurus dan aktifis Muhammadiyah yang semasa maupun setelah era KH Ahmad Dahlan tak sedikit yang berlatarbelakang saudagar pula. Malah, KH Faqih Usman, ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1968-1971, memiliki galangan kapal di Gresik, Jawa Timur, sebagai usaha pribadinya. Selain itu, ia memiliki pabrik tenun dan toko alat-alat bangunan.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top