Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Antisipasi Bencana - Ada Solusi Lebih Murah daripada Tanggul Rp154 Triliun

Tanggul Laut Bakal Munculkan Masalah Baru

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Sejumlah kalangan mengingatkan pembangunan Tanggul Laut di pantai utara Jakarta tidak akan menyelesaikan masalah berupa ancaman tenggelam Ibu Kota RI akibat penurunan permukaan tanah.

Sebab, Jakarta dikelilingi oleh dataran tinggi pegunungan dari selatan, barat, dan timur yang merupakan wilayah Jawa Barat, sehingga dataran Kota Jakarta berada di dalam cekungan dataran terendah, seperti sendok yang ujungnya titik nol elevasi.

Akibatnya, wilayah dataran tinggi Jawa Barat itu menumpahkan semua air curah hujan bergerak turun menuju pantai utara Jakarta. Dengan demikian, Tanggul Laut justru akan menenggelamkan wilayah utara dan barat Jakarta saat musim hujan lebat dan pada saat anomali perubahan iklim seperti saat ini.

Pakar Hidrologi UGM, Agus Maryono, mengemukakan topografi Kota Jakarta adalah titik nol di pantai utara dan naik di selatan sampai 75 meter di atas permukaan laut. "Dan, Jakarta terancam tenggelam karena penurunan permukaan tanah akibat kempesnya sumber air bawah tanah yang disebabkan penyedotan besar-besaran air tanah, terutama oleh gedung-gedung komersial," jelas dia, ketika dihubungi, Rabu (24/7).

Penyebab lainnya, lanjut Agus, permukaan daerah dataran tinggi di selatan yang gundul dan situ-situ penampung air telah diduduki untuk perumahan. Lalu, banyak sungai tertutupi sampah dan endapan sedimentasi erosi parah akibat penggundulan lahan.

"Dengan kondisi seperti ini maka ketika musim hujan lebat, air hujan mengalir dari dataran tinggi Jawa Barat menuju pantai utara Jakarta. Tanggul Laut malah akan tenggelamkan Jakarta di utara dan barat," papar dia.

Menurut Agus, solusi mengatasi ancaman bencana itu adalah membangun sejumlah kanal dan waduk di daerah selatan, reboisasi dataran tinggi, dan penghentian penyedotan air tanah.

Aktivis lingkungan dari Koalisi Rakyat Untuk Hak Atas Air (Kruha), Muhammad Reza, menilai solusi tersebut akan sangat jauh lebih murah dari pada dana 154 triliun rupiah untuk Tanggul Laut, ditambah reklamasi untuk kepentingan bisnis yang juga berpotensi gagal bayar utang karena tidak layak secara komersial.

"Belum lagi potensi Jakarta tenggelam pada anomali perubahan cuaca hujan sangat deras dari wilayah selatan. Dan dengan rencana pemindahan Ibu Kota RI, semakin tidak masuk akal untuk membangun Tanggul Laut," tukas dia.

Beda Topografi

Reza juga mempertanyakan pemilihan investor dari Belanda dan Korea Selatan untuk menggarap proyek Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) yang saat ini berganti nama menjadi Tanggul Laut. "Jika akan menggunakan konsep Delta Plan Belanda untuk Jakarta, bisa jadi kesalahan fatal," tegas dia. Alasannya, topografi kedua tempat itu berbeda. Belanda memiliki topografi tanah datar dan elevasi pulau di bawah permukaan laut. Di sisi lain, topografi Jakarta berupa tanah cekungan pantai utara pada elevasi nol di atas permukaan laut dengan dataran pegunungan tinggi di sekeliling wilayah barat, selatan, dan timur pada elevasi 50-2.000 meter di atas permukaan laut.

Agus menambahkan, Tanggul Laut juga akan mengubah karakter teluk Jakarta yang akan mengubah seluruh ekosistem laut dan pulau-pulau kecil di sekeliling Jakarta. Padahal, masih ada solusi lain yang jauh lebih murah dan menciptakan kemandirian, yakni mengelola air hujan secara integral dari hulu sampai hilir. "Solusi ini secara makro melibatkan pemerintah dan warga dari Bogor, Bekasi, hingga Jakarta," jelas dia.

Sebelumnya dikabarkan, Jakarta berpotensi tenggelam akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan, sehingga menurunkan permukaan tanah terutama di daerah utara Jakarta. Solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah bencana itu bukan hanya membangun tanggul laut raksasa, tapi memaksimalkan penyediaan air permukaan dengan dengan pembangunan bendungan waduk selain Jatiluhur di Purwakarta, Jawa Barat.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, mengatakan Kementerian PUPR telah membangun Bendungan Karian di Banten, sebagai pemasok air baku di Jakarta selain Waduk Jatiluhur. Hal ini bisa belajar dari pengalaman Tokyo, Jepang. "Kalau itu terjadi kita tak perlu bangun National Capital Integrated Coastal Development (tanggul laut)," kata Basuki, Selasa (23/7).YK/suh/SB/WP

Penulis : Eko S, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top