Tanamkan Nilai-nilai Pancasila Melalui Sentuhan Seni
Kongres Pancasila - Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana didampingi Rektor UGM, Panut Mulyono (baris belakang ketiga dari kiri) dan Mensesneg, Pratikno (baris belakang ketiga dari kanan) bersama delegasi mahasiswa dari seluruh Indonesia, seusai menjadi pembicara kunci dalam Kongres Pancasila IX, di Kampus UGM, Yogyakarta, Sabtu (22/7).
Lebih Inovatif
Dalam konteks saat ini, lanjut Yudi, penanaman Pancasila harus lebih inovatif dan kreatif. Misalnya, dengan menggandeng generasi muda membuat animasi atau simbol-simbol yang seluruhnya merujuk pada Pancasila.
"Kita perlu imajinasi-imajinasi anak muda, bikin animasi atau simbol yang merujuk pada angka lima. Sehingga apa pun yang lima akan diasosiasikan dengan Pancasila. Cara ini kelihatannya sepele, tetapi powerfull," kata Yudi.
Yudi menyayangkan pendekatan penanaman nilai-nilai Pancasila semacam itu belum pernah dibangun. Penanaman Pancasila yang dilakukan pemerintah sejak dahulu lebih bersifat top down, cenderung memaksa, dan tanpa sentuhan estetika. Padahal konsep ideologi Pancasila sangat tepat untuk Indonesia yang bukan hanya multi etnis, agama, namun juga multi ras.
Hingga saat ini masih ada pihak-pihak yang khawatir Pancasila akan menggantikan atau merusak agama, sementara Pancasila dan agama tidak setara dan tidak bisa diperbandingkan. Yudi mengilustrasikan agama seperti tower-tower yang menjulang vertikal, sedangkan Pancasila adalah jembatan yang menghubungkan agar penghuni tower-tower itu bisa saling berkomunikasi. "Makanya kita sering mengatakan jangan mem-Pancasila-kan agama dan jangan meng-agama-kan Pancasila," kata Yudi.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya