Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Energi Terbarukan - Realisasi Investasi EBTKE Tahun Lalu Hanya USD1,4 Miliar

Tambahan Kapasitas EBT Rendah

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pemerintah diminta lebih serius lagi mendorong pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT). Sebab, peraturan presiden (Perpres) harga EBT yang awalnya direncanakan terbit akhir tahun lalu tak kunjung keluar.

JAKARTA - Kesungguhan pemerintah mendorong pemanfaatan EBT pun diragukan, sebab beleid itu sudah cukup lama di tangan Presiden, tetapi semenjak diserahkan Oktober lalu hingga kini nasibnya tak jelas. Padahal, Kementerian ESDM sebelumnya yakin aturan itu terbit sebelum pergantian tahun.

Faktanya, tambahan kapasitas pembangkit listrik EBT tahun 2020 hanya 95 megawatt (MW). Kendatipun dijumlahkan, total kapasitas pembangkit listrik EBT hingga tahun 2020 baru mencapai 10.467 MW.

"Tambahan itu rendah sekali. Kapasitas ini bahkan di bawah rata-rata 2015-2019 sebesar 400 MW per tahun. Artinya, ada masalah dengan eksekusi proyek di PLN (PT Perusahaan Listrik Negara) dan kebijakan serta regulasi pemerintah masih belum efektif," tegas Direktur Eksekutif IESR (Institute for Essential Services Reform), Fabby Tumiwa, di Jakarta, Kamis (7/1).

Tak hanya soal kapasitas pembangkit, Fabby juga menyoroti target realisasi investasi yang tak mencapai target awal. Laporan Kementerian ESDM menyebut realisasi investasi Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) tahun lalu hanya 1,4 miliar dollar AS. Investasi subsektor EBTKE masih jauh dari tiga subsektor lainnya. Subsektor migas sebesar 12,1 miliar dollar AS, lalu disusul subsektor ketenagalistrikan 7 miliar dollar AS, minerba 3,9 miliar dollar AS.

"Ini bisa dimaklumi karena Covid-19. Tapi, kita juga tahu bahwa banyak proyek ET mengalami kendala eksekusi karena proses lelang dan pembahasan PPA (power purchase agreement) yang berlarut-larut dengan PLN," tegas Fabby.

Ekspektasi pelaku usaha, lanjut Fabby, ialah Perpres harga energi terbarukan segera terbit dan pengadaan pembangkit di PLN perlu dilakukan dengan cepat, dan perlu upaya debottlenecking dan penyelesaian atas proyek-proyek ET yang terkendala.

Secara terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, dalam konferensi pers terkait capaian tahun 2020 dan target 2021 menyebut tambahan pembangkit EBT tahun lalu berasal dari PLTA Poso sebesar 66 MW dan PLTBm Merauke sebesar 3,5 MW. Lainnya lagi dari PLTM Sion sebesar 12,1 MW dan PLTS Atap sebesar 13,4 MW. "Untuk 2021, ditargetkan kapasitas pembangkit EBT meningkat menjadi 12.009 MW," beber Arifin.

Dia pun melanjutkan pada 17 Desember 2020 dilakukan Project Kick Off Ceremony PLTS Terapung Cirata dengan kapasitas sebesar 145 MW yang merupakan PLTS terbesar di ASEAN kerjasama Indonesia dengan Persatuan Emirat Arab.

Kompor Listrik

Mengenai proyek pembangkit listrik 35.000 MW hingga saat ini masih terus dilanjutkan sesuai dengan komitmen. "Kita juga create demand (konsumsi listrik), di antaranya mendorong penggunaaan KBLBB juga mendorong pemanfaatan kompor listik," ujar Arifin.

Kementerian ESDM juga telah melakukan public launching Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) pada 17 Desember 2020 sebagai implementasi Perpres No. 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program KBLBB untuk transportasi jalan.

"Program KBLBB adalah untuk meningkatkan Ketahanan Energi Nasional dengan mengurangi ketergantungan impor BBM, yang akan berdampak positif dalam pengurangan tekanan pada Neraca Pembayaran Indonesia akibat impor BBM," pungkas Arifin.

ers/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top