Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tak Hanya El Nino, Beras Mahal Karena Rapuhnya Adaptasi Iklim Pertanian

Foto : ANTARA/Rahmad

Petani melihat sawah mereka yang kekeringan di Desa Rayeuk Kareung Kecamatan Blang Mangat, Lhokseumawe, Aceh, Selasa (13/2/2024).

A   A   A   Pengaturan Font

El Nino 2023 lebih buruk dibandingkan periode-periode sebelumnya. Kejadian ini memperluas risiko kekeringan berikut gagal panen di kawasan pertanian yang biasanya tidak terdampak oleh perubahan cuaca. Sebagai contoh, di Pulau Jawa, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat jumlah bencana kekeringan per Agustus 2023 naik drastis ke 49 kejadian dari 2022 sebanyak 4 kejadian.

Kedua, sensitivitas, yang menunjukkan seberapa mudah sistem terpengaruh oleh suatu kejadian bencana. Sistem pertanian yang terintegrasi dengan ekosistem alami seringkali mampu menyerap efek dari variabilitas iklim dengan lebih baik karena menciptakan iklim mikro dalam ekosistem tersebut.

Sebagai contoh, pertanian padi di dalam ekosistem pertanian tradisional seperti di Kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi cenderung tidak se-sensitif kawasan industri pertanian padi di pantai utara Jawa terhadap eksposur El Nino yang sama.

Ketiga, kapasitas adaptasi, yang menggambarkan bagaimana petani dapat memanfaatkan situasi yang ada tanpa memperburuk keadaan mereka. Sekalipun cuaca memiliki pengaruh yang sama terhadap produksi pertanian, dampak yang dirasakan oleh petani bisa jadi berbeda. Ini tergantung kapasitas yang mereka miliki dan cara-cara adaptasi yang dilakukan.

Studi oleh sosiolog pertanian asal Australia, Peter R. Brown, dan tim pada 2018 menguatkan bahwa kemampuan adaptasi petani terhadap variabilitas cuaca sangat bergantung pada faktor-faktor seperti ukuran lahan, pengalaman bertani, infrastruktur pendukung, dan akses terhadap sumber daya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top