Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemilu Serentak

Tahun Politik Tak Pengaruhi Iklim Investasi

Foto : ISTIMEWA

Direktur Indikator Politik, Burhanudin Muhtadi.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Tahun politik Pemilu 2019 tidak mempengaruhi kondisi ekonomi nasional. Ketidaktakutan investor pada tahun politik ini dikarenakan ada pengaruh yang jauh lebih besar terhadap pasar modal, yakni gejolak ekonomi global.

Hal itu disampaikan Direktur Indikator Politik Burhanudin Muhtadi dalam diskusi bertema 'Peluang dan Risiko Investasi Jelang Pilpres', di Jakarta, Rabu (30/1). Menurut Burhanudin, pelaku pasar akan memiliki logika berbeda melihat peluang ekonomi di tahun politik karena perang dagang global lebih memiliki dampakmembentuk psikologi para investor ketimbang menanggapi isu politik dalam negeri.

Misalnya, para investor biasanya akan memilih menahan diri dan melihat (wait and see) rencana investasi sambil menunggu hasil Pemilu 2019. Itu terdeteksi meski tidak mudah dibuktikan, ada kemungkinan saham para investor sudah terafilisasi dengan para kandidat capres-cawapres yang sudah lama menjadi incaran investor.

"Mungkin ada juga tapi hal itu ada efek jangka pendek dan panjangnya dari hubungan tokoh dengan investor," kata Burhanudin.

Lebih jauh Burhanudin menjelaskan, setidaknya ada dua pertanyaan muncul jika ada saham investor yang terafiliasi dengan kandidat, pertama adalah seberapa besar kenaikan saham akibat efek jangka panjang karena kemenangan di pilpres dan kedua seberapa besar penurunan saham terhadap kekalahan kandidat yang didukungnya.

"Jangan-jangan dua bulan setelah kandidatnya terpilih, saham investor yang terafiliasi dengan tokoh, langsung anjlok," pungkasnya.

Sementara itu Panel Ahli Katadata Insight Center (KIC) Damhuri Nasution berpendapat, jelang Pemilu 2019, kalangan investor lebih mengkhawatirkan kondisi ekonomi global ketimbang faktor politik domestik. Kekhawatiran tersebut terungkap dari hasil survei KIC kepada 172 investor institusi yang mengelola lebih dari 500 triliun rupiah.

Menurutnya, investor institusi (manajer investasi, asuransi dan dana pensiun) yang mengkhawatirkan kondisi politik domestik sebanyak 25,6 persen dan kondisi keamanan sebanyak 20,3 persen. Sedangkan investor yang menjadikan kondisi ekonomi dalam negeri sebagai faktor risiko hanya 4 persen.

"Sebanyak 40,1 persen investor institusi menjadikan ekonomi global sebagai faktor risiko yang paling dikhawatirkan," ungkap Damhuri.

Damhuri menjelaskan, berdasarkan hasil survei tersebut, dapat diketahui keyakinan investor institusi terhadap kondisi ekonomi dan pasar keuangan melalui survei yang dilakukan pada kurun waktu Desember 2018 hingga Januari-Maret 2019 dapat diketahui apakah investor cenderung pesimistis atau optimis dalam melihat perkembangan ekonomi dan pasar keuangan. rag/AR-3

Komentar

Komentar
()

Top