![Surplus Anggaran Semu dan Kurang Berkualitas](https://koran-jakarta.com/images/article/surplus-anggaran-semu-dan-kurang-berkualitas-220818010310.jpg)
Surplus Anggaran Semu dan Kurang Berkualitas
![Surplus Anggaran Semu dan Kurang Berkualitas](https://koran-jakarta.com/images/article/surplus-anggaran-semu-dan-kurang-berkualitas-220818010310.jpg)
Pacu Manufaktur
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudisthira, yang diminta pendapatnya, mengatakan bisa dibilang puncak dari kenaikan harga komoditas itu sudah mulai lewat karena ada perang di Ukraina betul menggangu pasokan, ada kemungkinan juga eskalasi militer di Taiwan, tetapi di sisi yang lain ada resesi ekonomi global.
Presiden Jokowi, katanya, sudah mengingatkan agar hati-hati pada ekonomi global diprediksi melambat pada 2023 dan hanya tumbuh 2,9 persen. Kondisi tersebut akan berimplikasi pada harga komoditas yang jadi andalan akan turun.
"Ini bisa terjadi pembalikan arah dari harga komoditas. Itu dampaknya ke neraca perdagangan," kata Bhima. Sebab itu, perlu strategi agar Indonesia lepas dari kebergantungan pada ekspor komoditas dan kembali ke sektor manufaktur atau sektor digital agar saat harga komoditas turun, tidak perlu panik karena ruang fiskal masih cukup tersedia dan neraca perdagangan juga berkualitas.
"Kalau sekarang ini surplus, tetapi tidak berkualitas karena tergantung. Kalau harga batu bara naik, surplusnya besar. Sebaliknya kalau harga batu bara turun, surplusnya turun. Jadi, tidak mencerminkan surplus perdagangan yang diharapkan. Jadi, tantangannya bagaimana ini digeser ke sektor manufaktur," pungkas Bhima.
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya