Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Studi Ungkap Sleep Apnea Tingkatkan Risiko Masalah Ingatan

Foto : Istimewa

Ilustrasi

A   A   A   Pengaturan Font

Apnea tidur, gangguan tidur yang parah yang terkait dengan berbagai kondisi kesehatan kronis seperti diabetes tipe 2, stroke, dan serangan jantung, kini ditemukan juga berkontribusi terhadap gangguan kognitif, termasuk masalah ingatan dan berpikir.

Menurut temuan sebuah penelitian baru-baru ini, individu dengan gejala sleep apnea sekitar 50 persen lebih rentan melaporkan masalah memori atau kognitif dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki gejala tersebut.

Apnea tidur terjadi ketika individu berulang kali berhenti dan melanjutkan pernapasan selama tidur, menyebabkan gejala seperti mendengkur, mendengus, dan terengah-engah. Individu yang terkena dampaknya juga dapat mengalami sakit kepala di pagi hari dan kesulitan berkonsentrasi pada tugas-tugas.

Studi terbaru mengidentifikasi hubungan positif antara sleep apnea dan penurunan kognitif. Namun, para peneliti belum meneliti apakah sleep apnea menyebabkan penurunan kognitif.

"Apnea tidur adalah gangguan umum yang sering kurang terdiagnosis, namun pengobatannya tersedia. Penelitian kami menemukan peserta yang memiliki gejala sleep apnea memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami masalah memori atau berpikir," kata penulis studi Dominique Low, dikutip dari Medical Daily, Rabu (6/3).

Para peneliti mengumpulkan kuesioner dari 4.257 orang yang diminta untuk melaporkan kualitas tidur mereka dan masalah memori serta berpikir. Kualitas tidur diukur dari gejala-gejala seperti mendengus, terengah-engah, atau jeda napas saat tidur. Untuk menilai daya ingat dan berpikir, para peserta diberi pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan mengingat, periode kebingungan, kesulitan berkonsentrasi, atau masalah dalam pengambilan keputusan.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa di antara 1.079 peserta yang menunjukkan gejala sleep apnea, 33 persen, atau setara dengan 357 orang, menunjukkan tanda-tanda masalah memori atau kognitif. Sebaliknya, 20 persen dari mereka yang tidak memiliki gejala sleep apnea, yang berjumlah 628 orang, melaporkan masalah yang sama.

Setelah disesuaikan dengan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi masalah memori dan berpikir, seperti usia, ras, jenis kelamin, dan pendidikan, para peneliti menemukan bahwa orang yang melaporkan gejala sleep apnea sekitar 50 persen lebih mungkin juga melaporkan memiliki masalah memori atau berpikir dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki gejala sleep apnea.

Salah satu keterbatasan dari penelitian ini adalah bahwa orang dengan sleep apnea diidentifikasi berdasarkan survei yang dilaporkan sendiri, bukan penilaian medis oleh seorang profesional kesehatan. Meskipun demikian, para peneliti percaya bahwa temuan mereka memiliki nilai yang signifikan dalam menyoroti pentingnya diagnosis sleep apnea dini dan mencari pengobatan untuk kesehatan kognitif.

"Temuan ini menyoroti pentingnya skrining dini untuk sleep apnea. Perawatan yang efektif seperti mesin continuous positive airway pressure (CPAP) sudah tersedia. Tidur yang berkualitas, bersama dengan makan makanan yang sehat, olahraga teratur, keterlibatan sosial, dan stimulasi kognitif, pada akhirnya dapat mengurangi risiko seseorang mengalami masalah berpikir dan memori, sehingga meningkatkan kualitas hidup mereka," tutur Low.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top