Studi: Selai Kacang dapat Mengurangi Alergi Kacang pada Bayi hingga 77 Persen
Sebuah studi tahun 2020 mengutip tingkat alergi kacang sekitar 0,1 persen-0,3 persen pada anak usia satu hingga empat tahun di Singapura.
Foto: IstimewaSOUTHAMPTON - Para peneliti di Inggris,baru-baru ini mengatakan, memperkenalkan produk kacang ke makanan bayi berusia empat hingga enam bulan dapat menurunkan risiko alergi kacang sebanyak 77 persen.
Dikutip dari The Straits Times, dalam analisis data baru yang diterbitkan pada Desember 2022, para peneliti mengidentifikasi "jendela peluang" untuk memberi makan selai kacang halus, produk tanpa kacang utuh atau pecah, untuk mencegah alergi berkembang.
Temuan dari analisis tersebut, yang dipimpin oleh Graham Roberts dari University of Southampton, merekomendasikan agar bayi diberi makan produk kacang yang cocok saat perkembangan mereka siap untuk memulai makanan padat, dari usia sekitar empat bulan, sambil terus disusui hingga mereka setidaknya berusia enam tahun.
Untuk bayi dengan eksim, empat bulan setelah kelahiran dianjurkan untuk mulai mengenalkan produk kacang tanah, usia yang lebih awal dari panduan kesehatan konvensional untuk memulai makanan padat.
Dewan Promosi Kesehatan Singapura, merekomendasikan, enam bulan sebagai usia yang direkomendasikan untuk mulai memberi makanan tambahan dan makanan padat. Tetapi juga menyarankan orang tua untuk memperhatikan tanda-tanda kesiapan pada anak mereka, bersamaan dengan saran medis.
Beberapa tandanya antara lain saat bayi sudah bisa duduk bersandar pada sandaran kursi sambil menjaga kepala tetap tegak; ketika bayi menunjukkan minat dengan memusatkan perhatian atau menjangkau makanan padat; atau saat mereka bisa menelan, mengunyah dan tidak memuntahkan makanan.
Layanan Kesehatan Nasional Inggris (United Kingdom National Health Service/NHS) memiliki rekomendasi serupa.
"Selama beberapa dekade, penghindaran yang disengaja dari kacang telah menyebabkan ketakutan orang tua akan pengenalan awal," Roberts, ahli alergi dan juga penulis utama studi tersebut mengatakan kepada media, Jumat (17/3).
"Bukti terbaru ini menunjukkan bahwa menerapkan intervensi yang sederhana, murah, dan aman untuk seluruh populasi dapat menjadi strategi pencegahan kesehatan masyarakat yang efektif yang akan memberikan manfaat besar bagi generasi mendatang," ujarnya.
Dia mengakui bahwa bayi dapat memiliki reaksi buruk terhadap kacang tetapi mereka "minor" dengan reaksi serius yang jarang diamati.
"Menurut pengalaman kami, bayi biasanya hanya mengalami reaksi ringan terhadap kacang. Ini mungkin bengkak atau ruam yang gatal, "katanya kepada Pusat Penelitian Biomedis Southampton.
"Ini cenderung cepat sembuh, beberapa antihistamin dapat membuat anak lebih nyaman. Reaksi yang lebih serius akan melibatkan masalah pernapasan tetapi ini sangat jarang terjadi pada bayi," ungkapnya.
Sampel data melibatkan 640 bayi yang dianggap berisiko tinggi terkena alergi kacang dari Rumah Sakit Anak Evelina London serta 1.303 anak yang disusui secara eksklusif yang direkrut dari populasi umum Inggris dan Wales.
Salah satu penulis studi asli, Gideon Lack dari King's College London, mengatakan menunda memberi bayi produk kacang menyebabkan berkurangnya risiko pengurangan alergi.
Menunggu hingga bayi berusia 12 bulan untuk memperkenalkan produk kacang tanah hanya akan menghasilkan pengurangan sebesar 33 persen.
"Manfaat memasukkan produk kacang ke dalam makanan bayi berkurang seiring bertambahnya usia. Ini mencerminkan pengalaman di Israel, sebuah budaya di mana produk kacang biasanya diperkenalkan sejak dini ke dalam makanan bayi dan alergi kacang jarang terjadi," tambahnya.
Prevalensi alergi kacang relatif rendah di negara-negara Asia. Sebuah studi tahun 2020 di jurnal Asia Pacific Allergy mengutip angka sekitar 0,1 persen-0,3 persen pada anak usia satu hingga empat tahun di Singapura.
"Sebagai perbandingan, sekitar 2 persen anak-anak di Inggris terkena alergi kacang, angka yang terus meningkat," kata NHS.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan manfaat yang sama dengan bayi yang merasakan telur ketika mereka berusia empat bulan, dengan hasil yang menunjukkan bahwa mereka mungkin memiliki risiko lebih rendah terkena alergi terhadap makanan terkait daripada bayi yang mencobanya nanti.
- Baca Juga: Putin Akan Terus Uji Misil Berkemampuan Nuklir
- Baca Juga: Bus Terjun ke Jurang di Brazil, 17 Orang Tewas
Dengan telur, memberi bayi sesendok pertama antara empat dan enam bulan setelah kelahiran dikaitkan dengan kemungkinan 46 persen lebih rendah dari alergi telur daripada menunggu untuk memperkenalkan makanan ini nanti.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Tiongkok Temukan Padi Abadi, Tanam Sekali Panen 8 Kali
- 2 Cegah Jatuh Korban, Jalur Evakuasi Segera Disiapkan untuk Warga Sekitar Gunung Dempo
- 3 BKD Banten Periksa Pejabat Kesbangpol Buntut Spanduk Kontroversial
- 4 Ratusan Pemantau Pemilu Asing Tertarik Lihat Langsung Persaingan Luluk-Khofifah-Risma
- 5 Dharma-Kun Berjanji Akan Bebaskan Pajak untuk Pengemudi Taksi dan Ojek Online