Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
In Vitro Fertilization

Solusi Kehadiran si Buah Hati

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Berbicara mengenai kesuburan, bukan hanya masalah wanita saja. Menurut definisi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), ketidaksuburan (infertilitas) adalah keadaan di mana wanita tidak bisa hamil setelah satu tahun menikah padahal berhubungan secara regular tanpa kontrasepsi.

Berdasarkan hasil data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka fertilitas total di Indonesia menunjukkan bahwa fertilitas di daerah perkotaan sedikit lebih rendah dibandingkan daerah perdesaan, masing-masing 2,4 dan 2,8 anak.

Perkiraan terbaru bahkan menempatkan tingkat infertilitas di Indonesia pada angka 12 hingga 22 persen dari total populasi usia reproduksi. Sedangkan tingkat infertilitas wanita di Indonesia mencapai 15 persen, atau setidaknya ada 6 juta wanita Indonesia yang mengalami ketidaksuburan.

"Infertilitas adalah permasalahan sistem reproduksi yang digambarkan dengan kegagalan untuk memperoleh kehamilan setelah 12 bulan atau lebih dan melakukan hubungan seksual minimal 2 sampai 3 kali seminggu secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi," ujar Dr. Ivan Sini, GDRM, MMIS, FRANZCOG, SpOG.

Ia menambahkan banyak yang beranggapan kalau masalah kesuburan disebabkan wanita yang tidak subur. Padahal keberhasilan mendapatkan anak dipengaruhi kedua pihak.

Pada wanita, penyebabnya dapat berupa gangguan ovulasi, endometriosis, perlekatan organ panggul, dan sumbatan pada saluran telur. Sedangkan pada laki-laki, masalah yang mempengaruhi bisa dari kualitas dan kuantitas sperma yang rendah, merokok, olahraga yang salah dan stres.

Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG(K), MPH menjelaskan ada beberapa kondisi olahraga yang tidak menguntungkan untuk produksi sperma, semisalnya bersepeda yang lama. "Nge-gym juga tidak terlalu bagus, apalagi kalau sampai sauna karena dapat membuat produksi sperma terganggu Karena sperma itu tidak tahan panas," jelasnya.

Normalnya sperma berjumlah 15 juta per cc, namun jika terjadi gangguan hanya berjumlah sekitar 5 juta per cc, bahkan untuk beberapa kasus ada yang sampai nol. Nol bisa diakibatkan gangguan produksi atau distribusi salurannya yang terhambat.

Salah satu terapi kesuburan yang telah terbukti dan teruji selama lebih dari 40 tahun adalah proses In Vitro Fertilization (IVF) atau program bayi tabung. Di Indonesia teknologi IVF telah berkembang pesat. IVF merupakan proses fertilisasi, di mana pembuahan sel telur dan sperma di luar tubuh atau di dalam tabung (in vitro). IVF pertama kali lahir pada 1978. Louis Brown merupakan bayi lahir hidup pertama melalui teknologi IVF di dunia sebagai salah satu contoh keberhasilan program bayi tabung.

Kini, proses bayi tabung pun relatif singkat meskipun tahapan setiap orang berbeda, tergantung dari rekomendasi dokter spesialis. Siklus persiapan program IVF biasanya berlangsung selama dua bulan sebelum sel telur difertilisasi dan implantasi. Agar ovarium tidak terlalu cepat mengeluarkan sel telur, dokter akan mengendalikan siklus menstruasi dengan menggunakan proses protokol dengan pemberian suntikan sebelum stimulasi ovarium dilakukan.

Stimulasi ovarium dilakukan untuk memproduksi dan menghasilkan sel telur yang matang, kemudian diambil beberapa bersamaan dengan pengambilan sampel sperma pria. Kemudian, ahli embriologi mengidentifikasi sel telur dan sperma yang paling baik untuk digabungkan dan jika berhasil difertilisasi, embrio dikembangkan di inkubator sebelum akhirnya dipindahkan ke rahim wanita. Biasanya dibutuhkan waktu sekitar empat sampai enam minggu untuk menyelesaikan satu siklus IVF.

Berdasarkan data dari Perhimpunan Fertilisasi In Vitro di Indonesia (PERFITRI) REGISTRY pada 2017, program IVF memiliki tingkat keberhasilan mencapai 29 persen. Hal ini setara dengan data internasional di mana rata-rata keberhasilan pregnancy rate sebesar 25 hingga 30 persen. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor.

Faktor usia memegang salah satu peranan penting dalam keberhasilan program IVF. Semakin dini proses bayi tabung dilakukan maka probabilitas memiliki keturunan semakin besar.

"Tingkat keberhasilan program bayi tabung dapat mencapai angka 40 persen apabila dilakukan di bawah usia 35 tahun. Wanita yang lebih muda biasanya memiliki sel telur yang lebih sehat dan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan akan semakin rentan di atas usia tersebut," jelas Prof. Budi.

Selain itu, beredar mitos pula jika adanya perbedaan tumbuh kembang, kesehatan, intelejensi, dan lainnya mengenai anak yang lahir dengan program bayi tabung. Namun hal tersebut dibantah Prof. Budi, bahwa yang membedakannya, IVF pembuahan dilakukan di dalam tabung, sementara biasanya dilakukan dalam rahim wanita. "Penelitian membuktikan tidak ada perbedaan dalam tumbuh kembang, dan lainnya, pada anak dari bayi tabung dan yang bukan," katanya. gma/R-1

Bangun Hubungan dengan Anak

Pendidikan seks masih menjadi hal yang tabu di Indonesia sehingga remaja Indonesia pun tidak pernah benar-benar paham termasuk soal kesehatan reproduksi. Data Riskesdas menunjukan hanya 25,1 persen remaja yang pernah mendapat penyuluhan kesehatan reproduksi di Indonesia dan 60,6 persen di antaranya berada di lingkup Jakarta. Laporan dari Kemenkes pada 2017 juga menyatakan hanya 20 persen remaja berusia 15 sampai 24 tahun yang mengetahui informasi tentang HIV/AIDS.

Hal tersebut mengacu pada kurangnya pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksi, padahal 28 persen total populasi Indonesia adalah remaja. "Seksualitas di Indonesia tidak tabu untuk dilakukan tetapi tabu untuk dibicarakan. Karena kita tidak mau membicarakan hal itu tetapi kenyataannya malah dilakukan," ujar Inez Kristanti, psikolog Klinik Angsamerah.

Kebanyakan pendidikan kesehatan seksual di Indonesia menakut-nakuti remaja agar tidak melakukan aktivitas seksual. Namun menurutnya, hal itu tidak lantas menghentikan orang untuk melakukan hubungan seksual. Seharusnya, pendidikan kesehatan seksual dapat dilakukan dengan cara yang ramah dan komprehensif karena jauh lebih efektif dibandingkan dengan menakut-nakuti. Terlebih, pada usia remaja merupakan usia yang sedang nakal-nakalnya.

"Namanya remaja, jadi kalau ditakut-takuti malah mencari tahu. Misalnya dari internet atau teman sebaya yang bisa jadi sumbernya salah karena tidak ada wadah yang aman dan nyaman dari orang yang kredibel untuk membicarakan tentang seks," jelasnya.

Padahal, orang tua merupakan sumber utama anak untuk mendapatkan informasi seharusnya dapat mengayomi anak sehingga anak tidak salah dalam mencari informasi.

Tentunya untuk memberikan pendidikan kesehatan seksual yang tepat adalah dengan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua.

Hal itu dapat dilakukan dengan mulai membangun hubungan dengan anak dengan menanyakan kesehariannya sebelum akhirnya mulai memberikan informasi mengenai kesehatan seksual.

Inez menganjurkan mulai beri pemahaman mengenai kesehatan seksual sejak usia dini dengan memberikan pengetahuan tentang alat reproduksinya, apa yang boleh dan tidak boleh diperlihatkan pada orang lain, dan sebagainya.

Pada usia yang lebih besar atau ketika memasuki usia pubertas, bisa diberikan pemahaman mengenai perubahan yang terjadi ketika ia mengalami pubertas, seperti menstruasi pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki. Untuk remaja dan dewasa muda, sudah harus diberikan informasi terkait abstinence dan kontrasepsi.

"Untuk 100 persen menghindari infeksi menular seksual dan mencegah kehamilan yang tidak direncanakan salah satunya dengan abstinence atau tidak berhubungan seks sama sekali. Kontrasepsi bisa mencegah kehamilan tetapi masih ada risikonya. Itu semua disampaikan," jelas Inez.

Selain itu, dari sisi psikologis orang jika diberikan pilihan justru akan memutuskan dengan bijak, terutama remaja. Untuk mendukung pentingnya pendidikan seksual pada remaja khususnya, Sensitif VIVO pun mengadakan kampanye sosial mengenai kesehatan reproduksi remaja bertajuk #AkuDewasa. Ini merupakan salah satu tanggungjawab mereka dalam memperingati bulan awareness kesehatan seksual pada September dan Hari Kesehatan Seksual Sedunia yang jatuh pada 4 September. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top