Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sinyal Naiknya Suku Bunga The Fed Bisa Dorong Pelemahan Rupiah Hingga Akhir 2023

Foto : antara

ilustrasi

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudisthira mengatakan, sinyal naiknya suku bunga secara agresif di AS harus dimaknai bahwa tekanan terhadap arus dana asing yang keluar bisa melemahkan kurs rupiah setidaknya hingga akhir 2023.

Sekarang BI sebaiknya bukan sekedar mempersiapkan penyesuaian suku bunga acuan untuk perlebar spread dengan Fed rate. "BI Perlu koordinasi dengan pemerintah untuk dorong juga bauran kebijakan fiskal moneter lewat pengaturan Devisa hasil ekspor. Apakah insentif pajak untuk devisa hasil ekspor (DHE) diubah, atau dengan jalan capital control bisa dicoba agar pertahanan terhadap fenomena super dollar bisa dipertebal,"ucapnya ketika dihubungi KoranJakarta, Rabu (26/10).

Selain itu lanjutnya percepatan perburuan dana para obligor BLBI di luar negeri turut membantu masuknya devisa untuk penguatan kurs rupiah didalam negeri.
"Waktu tidak banyak harus segera lakukan extra ordinary policy,"tegas Bhima.

Di bagian lain, Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (26/10) sore menguat di tengah sinyal bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), tidak akan terlalu agresif menaikkan suku bunga. Rupiah ditutup menguat 60 poin atau 0,38 persen ke posisi Rp15.563 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.623 per dolar AS.

Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan, hari ini indeks dolar (DXY) turun ke level 110, level terendah dalam dua pekan terakhir. "Hal ini disebabkan oleh harapan akan adanya sinyal yang tidak terlalu hawkishdari The Fed, disebabkan data ekonomi AS yang mulai menunjukkan pelemahan," ujar Rully seperti dikutip Antara.

The Fed telah mengambil kebijakan kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin sebanyak tiga kali pertemuan sebelumnya, yang menjadi langkah darurat untuk menekan inflasi yang tinggi di AS. Tetapi belum adanya tanda-tanda penurunan inflasi dan beberapa data ekonomi yang menunjukkan kondisi ekonomi yang makin melemah, memberikan dukungan pada peringatan beberapa pejabat The Fed yang menyuarakan untuk lebih bersikap hati-hati dalam mengambil kebijakan moneter.

Setidaknya tiga pejabat The Fed sudah menyuarakan kekhawatiran imbas buruk pada ekonomi, jika The Fed melanjutkan untuk mengambil langkah moneter yang agresif ke depannya. "Rupiah memang masih dipengaruhi oleh sentimen global dan dolar AS masih relatif tinggi," ujar Rully.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp15.599 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.562 per dolar AS hingga Rp15.608 per dolar AS. Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu menguat ke posisi Rp15.596 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.616 per dolar AS.


Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Kris Kaban
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top