Setelah Tiongkok dan Filipina, Topan Super Yagi Menghantam Vietnam
Air meluap akibat angin kencang ke tepi danau Phuong Luu saat Topan Super Yagi menghantam Haiphong, Vietnam, pada hari Sabtu.
Foto: JT/AFP-JIJIHAI PHONG - Topan Super Yagi menumbangkan ribuan pohon, menyapu kapal dan perahu ke laut, serta menghancurkan atap rumah di Vietnam utara pada hari Sabtu (7/9), menewaskan sedikitnya tiga orang, setelah meninggalkan jejak kerusakan di Tiongkok Selatan dan Filipina.
Badai tersebut menerjang provinsi Hai Phong dan Quang Ninh di Vietnam, dengan kecepatan angin melebihi 149 km/jam, kata Pusat Prakiraan Hidro-Meteorologi Nasional Vietnam.
Jumlah korban tewas di Vietnam akibat kerusakan akibat badai meningkat menjadi empat orang ketika atap beterbangan di udara, menewaskan tiga penduduk Quang Ninh, kata media pemerintah.
Seorang pria di provinsi Hai Duong di pedalaman tewas pada hari Jumat ketika angin kencang menumbangkan sebuah pohon.
Lebih dari selusin lainnya, pelaut di kapal penangkap ikan hilang.
"Sudah bertahun-tahun sejak saya menyaksikan topan sebesar ini," kata Tran Thi Hoa, seorang wanita berusia 48 tahun dari Hai Phong.
"Itu menakutkan. Saya tetap di dalam rumah, setelah mengunci semua jendela. Namun, suara angin dan hujannya luar biasa," katanya kepada AFP.
Di Hai Phong, reporter AFP mendapati jalan-jalan dipenuhi pohon tumbang, atap logam, dan papan tanda rusak yang telah dicabut dari berbagai properti.
Sebelum menghantam Vietnam, Yagi melanda Tiongkok Selatan dan Filipina, menewaskan sedikitnya 24 orang dan melukai puluhan lainnya.
Angin yang Kuat
Lembaga penyiaran pemerintah Tiongkok CCTV mengatakan Yagi membawa angin berkecepatan lebih dari 230 km/jam, menumbangkan pohon-pohon dan menyebabkan evakuasi sekitar 460.000 orang.
Setidaknya empat orang tewas dan 95 orang terluka di Tiongkok selatansetelah badai melanda provinsi Hainan dan Guangdong pada hari Jumat, kata CCTV pada hari Sabtu, mengutip pihak berwenang setempat.
Bandara utama Hainan di Haikou ditutup hingga pukul 3 sore pada hari Sabtu, menurut lembaga penyiaran pemerintah CCTV.
Pihak berwenang di provinsi tetangga Guangdong mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah mengevakuasi lebih dari 574.000 penduduk ke tempat yang aman.
Sebelum menghantam daratan Vietnam, topan tersebut menumbangkan ratusan pohon di Pulau Co To, sekitar 80 km dari daratan Quang Ninh.
Beberapa gedung perkantoran, sekolah, dan rumah di pulau itu tertiup angin kencang.
Papan-papan tanda berserakan di seluruh pulau, sementara kabel-kabel listrik putus dan kusut karena angin.
Pihak berwenang setempat mengatakan topan itu adalah topan terparah yang melanda pulau itu dalam beberapa dekade.
Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh meminta pemerintah setempat untuk mengevakuasi penduduk dari daerah berbahaya sebelum badai melanda. Ia juga menghimbau penduduk lainnya untuk tetap tinggal di dalam rumah.
Sekitar 20.000 orang telah dievakuasi dan dipindahkan ke dataran yang lebih aman dan lebih tinggi di utara Hai Phong, Thai Binh, dan Hanoi, menurut laporan otoritas setempat.
Lebih dari 457.000 orang, banyak di antaranya adalah pria profesional, dimobilisasi oleh departemen penyelamatan dan bantuan Kementerian Pertahanan untuk menangani dampak topan tersebut.
Sekitar 2.000 kendaraan dan enam pesawat telah dikirim untuk menangani situasi tersebut.
Vietnam Utara mengalami hujan lebat dan angin kencang sejak Jumat malam, termasuk di ibu kota, Hanoi.
Empat bandara di Vietnam utara, termasuk Bandara Internasional Noi Bai di Hanoi, telah ditutup, sementara pelayaran telah dilarang sejak Jumat.
Badai menewaskan sedikitnya 20 orang di Filipina dan menyebabkan 26 orang hilang setelah melanda negara itu awal minggu ini, menurut jumlah korban terbaru dari badan manajemen bencana negara tersebut.
Yagi menyebabkan banjir dan tanah longsor di pulau utama Luzon sebelum berubah menjadi topan dahsyat dalam beberapa hari terakhir.
Tiongkok Selatan sering dilanda topan di musim panas dan gugur, yang terbentuk di lautan hangat di sebelah timur Filipina dan Thailand.
Topan di wilayah tersebut sekarang terbentuk lebih dekat ke pantai, menguat lebih cepat, dan bertahan lebih lama di daratan akibat perubahan iklim, menurut sebuah studi yang diterbitkan pada bulan Juli.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: AFP
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- Ditjen Hubdat Lakukan Sosialisasi Keselamatan pada Pengemudi Angkutan Barang
- Dazul Herman Pimpin PT. Krakatau Sarana Properti
- Hari Terakhir Kampaye Pilkada
- InJourney Airports Raih Rating Platinum di Asia Sustainability Reporting Rating 2024
- Bappenas Targetkan Pertumbuhan Ekonomi Sasar Kelompok Bawah