Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Setelah Mars, Mana Lagi?

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Planet Mars, planet terdekat dengan Bumi, telah dijamah robot Insight, yang melakukan pendaratan dramatis. Insight, nama robot, yang dinamai retrorobot telah melayang di angkasa selama 6,5 bulan sebelum mendarat di Mars. Jarak yang ditempuh ratusan juta kilometer.

Ini perkiraan, karena sesungguhnya jarak antara Mars-Bumi bisa 57,6 juta kilometer, bisa juga 56,6 juta kilometer-sebagai jarak terdekat. Jarak terdekat ini hanya terjadi setelah sekian puluh tahun terakhir yang lalu, dan Juli lalu. Jasrak bendara di alam raya, serbarelatif jika dibandingkan jarak teta-, misalnya Jakarta-Solo.

Ini saja sudah membingungkan atau membanggakan dari segi kemajuan. Bagaimana mengatur perjalanan selama 6,5 bulan dengan kecepatan belasan ribu mil per jam, lalu ketika mendekati planet yang dituju bisa menurun menjadi hanya 5 mil.

Semua itu sudah diperhitungkan dengan munculnya parasut, mengubah kecepatan di detik ke sekian, sehingga tak terhempas di planet merah. Bagaimana mengakali atmosfer yang hanya 1 persen dari Bumi tipisnya, semuanya sedemikian kompleks, dan menit-menit kapan Insight mengirim laporan, berupa foto-foto, serta apa yang akan dikerjakan selama berada di sana selama 24 bulan. Itu sudah direncanakan jauuuuuh sebelumnya.

Setelah itu apa? Setelah itu planet mana lagi? Tata surya mana lagi yang akan dijelajahi?

Sebetulnya ini alasan saya menuliskan robot Insight yang menakjubkan. Bagaimana bisa-dan nyatanya bisa dan mampu, mengembangkan proyek pekerjaan yang melibatkan ribuan orang, ratusan cendekiawan, dengan biaya 12 triliun.

Keberlanjutan ini saja sudah mengagumkan. Proyek angkasa luar, tidak hanya lahir dari spontanitas, tidak bisa suka-suka begitu saja. Nyatanya setelah sekian lama diarahkan ke planet Mars, kini ada wahana yang bisa didaratkan, dan diharapkan bisa melakukan eksploitasi habis-habisan.

Kalau tidak berhasil dalam tujuh menit terakhir yang dinilai paling kritis? Dan robot terhempas berkeping? Akan diulang lagi, dan kemudian akan diteliti, dan dilanjut. Begitu seterusnya. Dan kita menyaksikan kemewahan berpikir, keunggulan bekerja sama, luruhnya egoisme pribadi, atau perusahaan atau negara, untuk bisa bersama-sama.

Apakah tujuan misi nantinya agar kita pindah ke Mars? Mungkin banyak kemiripan dengan Bumi. Namun bukan itu dorongan utamanya, melainkan ingin terus menuntaskan hal-hal yang selama ini masih menjadi tantangan, baik karena tantangan alam atau akal pikiran sendiri.

Yang kesemuanya dibongkar habis untuk diterjemahkan menjadi pengetahuan bersama. Misalnya apakah benar di Mars dulunya pernah ada kehidupan? Bentuk kehidupan seperti apa? Atau kenapa dijuluki planet merah-rasnaya tak perlu satu pendekatan saja.

Saua sudah tepersona sampai menganga-nganga. Kadang dalam arti sebenarnya. Ketika bisa ke New York dan menaiki gedung tertinggi untuk melihat hujan di bawaqh pandangan mata, rasanya tak pernah habis pikir.

Bagaimana dulunya perancang gedung ini menyatukan semua kebutuhan listrik, air, sampah, orang-orang dalam, segala cuaca. Atau terheran-heran tanpa tahu kapan berakhir ketika melihat, menyentuh dan berjalan di halaman candi megah Borobudur. Dan itu saya alami beberapa kali, setiap kali ke sana. Untuk keperluan apapun, termasuk sekadar pengagum.

Juga kini diingatkan lagi akan kecanggihan, kesungguhan, kejlimetan yang tiada tara atas planet Mars. Betapa sesungguhnya manusia itu ketika mampu bekerja sama ddemi tujuan bersama, bisa luar biasa. Bisa melakukan hal-hal yang luar biasa. Bisa menghitung tepat jarak Bumi dengan semesta, misalnya, dan melakoninya.

Demikian juga sebaliknya. Bahkan untuk membuat satu kesebelasan sepak bola saja tak bisa berprestasi kalau ingin menang sendiri, rakus di atas yang lain. Juga kalau misalnya dengan organisasi sepak bola.

Ah, sudahlah. Saya tak ingin mereduksi dengan membandingkan hal-hal seperti. Saya masih ingin mengagumi Insight, mengagumi orang-orangnya, mengagumi kebersamaan mereka dengan alam yang luas ini, dengan semesta raya dengan persaingan, tapi juga kedamaian.

Komentar

Komentar
()

Top