Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Substitusi Pangan

Setelah Beras, Presiden Minta RI Tidak Bergantung Jagung Impor Lagi

Foto : Sumber: BPS, Kementan – Litbang KJ/and - KJ/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajarannya tidak berpuas diri dengan keberhasilan mencapai swasembada pangan khususnya beras. Presiden meminta agar tidak hanya bergantung pada satu komoditas saja yakni beras, tetapi juga meminta dilakukan diversifikasi pangan, termasuk pada tanaman sorgum yang saat ini dikembangkan di Waingapu, Nusa Tenggara Timur.

Melalui ekstensifikasi lahan pada tanaman sorgum, Presiden berharap Indonesia tidak lagi bergantung pada jagung impor, baik untuk bahan pangan maupun pakan ternak.

"Kita harap dengan terus kita konsentrasi ke sana, insya Allah kita sudah tidak impor jagung lagi dalam 2-3 tahun mendatang, seperti beras yang sudah tiga tahun tidak impor," kata Jokowi di Jakarta, Minggu (14/8), saat menerima penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) atas keberhasilan mencapai swasembada beras dan meningkatkan sistem ketahanan pangan dengan baik.

Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), M Ismail Wahab, dalam keterangannya mengatakan pemerintah melalui Kementan menggenjot produksi sejumlah pangan lokal untuk menggantikan atau subtitusi komoditas pangan yang selama ini masih bergantung pada komoditas impor, seperti jagung, gandum, dan kedelai.

"Kita masih mengimpor jagung untuk pangan. Ini yang cukup besar. Tahun ini, kita mencoba bagaimana jagung pakan ini bisa mensubstitusi jagung untuk pangan," katanya. Ismail mengatakan saat ini Indonesia baru bisa memenuhi kebutuhan jagung pakan dalam negeri. Besaran impor jagung pangan pada 2021 mencapai 987.005 ton atau senilai 1,2 triliun rupiah.

Mulai tahun ini, lanjutnya, pemerintah berupaya mendongkrak produksi jagung rendah aflatoksin untuk menggantikan jagung pangan impor. "Ini akan kita lakukan sehingga impornya bisa dikurangi dengan adanya produksi dalam negeri," katanya.

Jagung Lokal

Kementan juga menerapkan kewajiban serap jagung lokal, menduplikasi produk jagung rendah aflatoksin di daerah sentra jagung, dan penggunaan benih jagung yang memiliki kandungan pati tinggi.

Uji coba produksi akan dilakukan di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Stok jagung dalam negeri, jelas Ismail, masih relatif baik. Bahkan, ada pengajuan dari beberapa pengusaha dan pengepul jagung untuk mengekspor jagung sebanyak 5.000 ton. Tapi, permintaan itu belum diberi lampu hijau oleh pemerintah karena khawatir stok di dalam negeri tidak cukup.

Sementara untuk kedelai, lanjutnya, pemerintah telah mulai menanam di luas area 350 ribu hektare tahun ini. Kemudian pada 2023, luas tanamnya ditargetkan naik menjadi 900 ribu hektare dan pada 2024 seluas 1,15 juta hektare, lalu bertambah menjadi 1,4 juta hektare pada 2025 dan pada 2026 sudah mencapai 1,5 juta hektare. "Dengan target ini kita sudah bisa mencapai untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri," kata Ismail.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top