Setelah Badai, Gempa Dahsyat M6,8 Mengguncang Kuba
Puing-puing bangunan yang rusak akibat Badai Rafael menutupi jalan di Havana, Kuba, Kamis, 7 November 2024.
Foto: AP/Ariel LeyHAVANA - Dua gempa bumi dahsyat mengguncang Kuba selatan secara berurutan pada hari Minggu (10/11), kata ahli geologi AS, beberapa hari setelah dilanda badai yang menyebabkan listrik padam di seluruh negeri.
Gempa meretakkan tembok dan merusak rumah, tetapi tampaknya tidak menimbulkan korban jiwa, menurut laporan awal.
Penduduk berlarian ke jalan dan sangat terguncang tak lama setelah Badai Rafael berlalu, badai kategori 3 yang menghantam pulau itu Rabu lalu.
"Itu adalah hal terakhir yang kami butuhkan," kata Dalia Rodriguez, ibu rumah tangga dari kota Bayama di Kuba selatan, kepada AFP. Dinding rumahnya rusak.
Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mengukur gempa kedua yang lebih kuat pada hari Minggu dengan kekuatan 6,8 dan kedalaman 14,6 mil (23,5 kilometer), sekitar 25 mil dari pantai Bartolome Maso, di provinsi selatan Granma.
Gempa ini terjadi hanya berselang satu jam setelah gempa pertama yang menurut USGS berkekuatan 5,9.
Gempa bumi tersebut merupakan kejadian terkini dalam siklus darurat bagi pulau yang diperintah Komunis itu setelah dua badai dan dua pemadaman listrik besar dalam tiga minggu terakhir.
Pulau ini mengalami pemadaman listrik nasional pada tanggal 18 Oktober ketika pembangkit listrik terbesarnya rusak dan kemudian dilanda Badai Oscar dua hari kemudian.
Dampak Badai Rafael minggu lalu telah memicu protes, sejumlah orang ditangkap, menurut pihak berwenang.
Kuba telah mengalami pemadaman listrik berjam-jam selama berbulan-bulan dan sedang dalam pergolakan krisis ekonomi terburuk sejak pecahnya sekutu utamanya, Uni Soviet, pada awal 1990-an -- yang ditandai dengan melonjaknya inflasi dan kekurangan barang-barang pokok.
Orang-orang Ketakutan
Surat kabar milik pemerintah Granma mengatakan tidak ada korban jiwa yang dilaporkan akibat gempa hari Minggu, tetapi gempa tersebut terasa di seluruh provinsi timur dan tengah negara kepulauan Karibia itu.
"Di sini orang-orang segera turun ke jalan karena tanah bergerak sangat kuat," kata Andres Perez, seorang pensiunan berusia 65 tahun yang tinggal di pusat kota Santiago de Cuba, kepada AFP melalui telepon tentang gempa pertama.
"Rasanya sangat kuat, sungguh, istri saya sangat gugup," tambahnya.
"Ada rumah-rumah yang temboknya retak, ada yang temboknya runtuh, dan ada juga yang atapnya runtuh," kata Karen Rodriguez, seorang penata rambut berusia 28 tahun, kepada AFP dari Caney de las Mercedes, sebuah kota kecil di Bartolome Maso.
Penduduk lain di Bayamo, kota berpenduduk sekitar 140.000 orang, menggambarkan tiang-tiang jalan bergoyang.
"Orang-orang ketakutan, semua orang berlarian keluar rumah dengan sangat ketakutan," kata tukang las berusia 24 tahun Livan Chavez kepada AFP.
Sistem peringatan tsunami AS mengatakan tidak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan.
Badai Rafael menyebabkan penduduk Kuba tanpa listrik selama dua hari.
Dengan meningkatnya kekhawatiran akan ketidakstabilan, Presiden Miguel Diaz-Canel telah memperingatkan bahwa pemerintahannya tidak akan menoleransi upaya untuk "mengganggu ketertiban umum."
Jaksa setempat mengatakan pada hari Sabtu, sejumlah orang yang tidak disebutkan jumlahnya telah ditangkap setelah demonstrasi pasca Badai Rafael.
Sekitar 85 persen penduduk ibu kota telah mendapatkan kembali pasokan listriknya pada hari Minggu, menurut pemerintah, sementara dua provinsi yang paling parah terkena dampak di barat, Artemisa dan Pinar del Rio, masih dalam kegelapan.
Berita Trending
- 1 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 2 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 3 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 4 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
- 5 Seminar Internasional SIL UI Soroti Koperasi Indonesia di Era Anthropocene