Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 08 Des 2017, 01:00 WIB

Serapan Gabah oleh Bulog Turun

Foto: Istimewa

Penurunan serapan gabah oleh Bulog memperlihatkan koordinasi antar-institusi terkait sangat lemah.

JAKARTA - Serapan gabah oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan tren penurunan. Penurunan tersebut dinilai sebagai bentuk kurangnya koordinasi antara pemangku kebijakan yang berkenaan dengan gabah.

Badan Urusan Logistik (Bulog) menyebutkan serapan gabah dalam beberapa waktu terakhir turun menjadi 1.500-2000 ton dari sebelumnya berkisar 5000-10.000 ton per hari. Sayangnya, Bulog enggan mengungkapkan alasan penurunan serapan gabah tersebut.

Direktur Komersial Bulog, Febriyanto, menyatakan alasan penurunan serapan itu menjadi wilayah Kementerian Pertanian (Kementan) karena harus dikaitkan dengan jumlah luas lahan. "Intinya, serapan menurun dan kita optimis akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan," ungkapnya dalam konferensi pers terkait Stok Pangan Jelang Natal dan Akhir Tahun, di Jakarta, Kamis (7/12).

Kendati serapan turun, Bulog tetap memastika kondisi stok untuk delapan komoditas yang dikelola Bulog aman, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir. Khusus untuk komoditas beras Bulog bahkan sudah memiliki stok sebesar 1,1 juta ton, sehingga dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional, setidaknya untuk 5 bulan ke depan.

Sementara itu, stok Bulog untuk komoditas lainnya yakni gula pasir 413,9 ribu ton, jagung 29,6 ribu ton, daging sapi 18 ton, daging kerbau 18,6 ribu ton, bawang merah 42,47 ton, bawang putih 300,50 ton, dan minyak goreng 1,04 juta liter. Khusus untuk beras, Bulog, terang Ferbriyanto, telah melakukan operasi pasar melalui 21 divisi regionalnya. "Diharapkan operasi pasar menstabilkan harga beras di daerah," paparnya.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, menegaskan kondisi stok menghadapi Natal dan akhir tahun aman.

ijelaskannya bahwa sebagai salah satu barometer penentu harga beras nasional, Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sering kali menjadi indikator fluktuasi harga beras. Tercatat stok beras di PIBC per 6 Desember terpantau melimpah sebanyak 40.356 ton, lebih tinggi dari tahun lalu 39.528 ton.

Dari sisi harga beras di PIBC, semenjak diberlakukannya Permendag No 57 Tahun 2017 tentang Penetapan HET Beras, menunjukkan dari 13 jenis beras yang dipantau stabil dan mengalami penurunan harga terutama Cianjur Slyp, Cianjur Kepala dan Setra, serta beras IR 64 yang mengalami penurunan sangat tajam hingga mencapai harga 7.800 rupiah per kg sejak 9 November 2017.

Kondisi serupa juga pada delapan provinsi yang mayoritas menggelar hari besar keagamaan nasional (HBKN), yaitu Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Selain melalui operasi pasar, Kementan beserta kementerian/lembaga terkait juga melakukan langkah strategis mengendalikan harga pangan pokok, seperti menentukan harga acuan pemerintah tingkat konsumen untuk minyak goreng curah dan 10.500 rupiah per liter, minyak goreng kemasan 11.000 rupiah per liter.

Kurang Koordinasi

Kemudian, terkait dengan menurunnya serapan, Agung mengakui hal itu terjadi karena menurunnya pasokan, tetapi diperkirakan akan kembali meningkat pada Januari hingga Maret karena pada saat ini sejumlah daerah akan menggelar panen. "Kami perkirakan serapan pada Maret akan meningkat menjadi 30 ribu ton per harinya," ungkapnya.

Pengamat Ekonomi dari Indef, Bima Yudhistira, mengatakan menurunnya serapan menunjukkan minimnya koordinasi di internal pemerintah. Apalagi di sisi lain digembar-gemborkan bahwa produksi nasional surplus. "Koordinasi ini perlu diperbaiki," tegasnya.
ers/E-10

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.