Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Serangan ke Suriah

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Itu sebabnya, AS tak akan berhenti memperjuangkan Suriah untuk menjadi sebuah negara demokrasi. Demokrasi dianggap sebagai sistem yang tepat untuk menciptakan keadaan kondusif untuk memberangus radikalisme Timur Tengah. Konflik Suriah berawal dari fenomena Arab Spring di Timur Tengah yang awalnya berjalan damai berubah menjadi konflik berdarah menewaskan ratusan ribu orang. Jutaan pengungsi membanjiri negara-negara Eropa.

Situasi di lapangan menjadi semakin rumit dengan munculnya ekstremis ISIS di Suriah dan menjadi kekuatan menakutkan. Mereka berhasil menguasai wilayah yang luas di Suriah, bahkan sebagian wilayah Irak. ISIS menjadi teroris terkaya karena berhasil menguasai ladang minyak Suriah dan Irak.

Kemunculan ISIS membuat was-was AS dan sekutunya. Sejak pertengahan 2014, AS dan sekutunya melancarkan serangan udara untuk melumpuhkan ISIS di Suriah dan Irak. Namun serangan AS itu tidak efektif. Serangan udara yang digadang-gadang bakal mudah menghancurkan ISIS ternyata tidak sesuai dengan realita.

Kepentingan utama Russia berusaha mempertahankan pangkalan angkatan laut di Tartus, satu-satunya pelabuhan air hangat yang dimiliki Russia di Laut Tengah. Dengan hadir di Tartus, menandakan Russia bercokol di Timur Tengah. Jika rezim Assad tumbang, berakhirlah aliansi lama yang dibangun sejak perang dingin dan berakhir pula posisi strategis Russia di Timur Tengah.

Russia juga begitu gencar menyerang ISIS dan kelompok ektremis lainnya karena Russia khawatir paham radikalisme akan menjalar ke wilayah federasinya seperti Chechnya dan Dagestan. Russia mempunyai pengalaman menumpas gerakan ekstremisme di wilayah tersebut.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top