Seniman ini Pernah Mendapatkan Pelecehan Seksual, Kini Karyanya Terpajang di Singapura
Dunia seni rupa Bali pada saat itu dikejutkan dengan Murni melalui penggambaran yang "blak-blakan" tentang tubuh perempuan, sensualitas, dan kedalaman alam bawah sadarnya secara tidak langsung melanggar adat dan tabu sosial di Bali.
Tidak seperti galeri-galeri lain di Ubud pada saat itu, galeri khusus perempuan Seniwati Gallery mengakui keunikan dan kekuatan karya-karya Murni dan membawa karyanya kedalam radar audiens internasional, menampilkannya di pameran global Hong Kong, Australia, dan Italia.
Menjelang pergantian milenium, karya-karya Murni akhirnya mencuri perhatian publik seni di negara asalnya. Ia menampilkan karyanya di ruang-ruang seni seperti Cemeti Art House, Yogyakarta, dimana karya-karyanya diinterpretasikan tidak hanya melalui lensa personal hidupnya, tetapi kaitannya dengan trauma kolektif yang terjadi di Indonesia pasca Orde Baru.
Pameran ini menampilkan evolusi karya-karya Murni sepanjang tahun aktifnya sebagai seorang seniman dari berwarna pastel di awal karirnya yang menunjukkan ciri gaya pengosekaan yang ia pelajari, hingga lukisan-lukisan yang lebih berani, lebih cerah dan diluar dugaan yang sekarang kita kenal sebagai gaya khas Murni.
Selain itu, pameran ini lebih menampilkan keluasan dan keragaman tema-tema karya Murni dari gambaran yang jujur tentang dinamika seks dan kuasa, benda-benda surealistik, makhluk dan karakter; mimpi yang hidup dan liar, hingga keinginan untuk terus mereklamasi tubuh.
Halaman Selanjutnya....
Editor : Fiter Bagus
Komentar
()Muat lainnya