Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Senantiasa Merajut Kebinekaan Lewat Perjumpaan

A   A   A   Pengaturan Font

Nilai penting dari buku ini adalah semangat Romo Felix Supranto untuk terus menjumpai para pemimpin agama Islam demi terciptanya persatuan bangsa. Bagi Romo Felix, perjumpaan memiliki banyak manfaat. Perjumpaan melahirkan rasa penasaran. Ada pertanyaan tentang tujuan kedatangannya. Perjumpaan melahirkan kebaikan dan ikatan emosional. Ketika berpisah ada perasaan kehilangan dan harapan untuk berjumpa lagi.

Dia berkeliling untuk bertemu para ulama sebagai panutan umat. Di Indonesia peran pemimpin agama sangat signifikan. Satu pemimpin bisa mempengaruhi ribuan bahkan jutaan orang. Maka, bila para pemimpin agama berselisih, umat yang menjadi korban. Dengan membuat kesamaan visi dengan para pemimpin agama Islam, Romo Felix berusaha menyatukan umat Islam dengan Katolik.

Buku ini mengisahkan kegigihan dan low profile Romo Felix menemui para ulama door to door. Tidak jarang pula, dia diundang untuk memberi wawasan kebangsaan kepada anggota Anshor Nahdhatul Ulama, menghadiri acara wisuda santri di pesantren atau bersama dengan pemuka agama dan jajaran kepolisian membangun kerukunan. Dia kadang tidak datang seorang diri. Bersama-sama umat Katolik, yang kadang juga membawa anak kecil, mendatangi komunitas umat Islam. Menurutnya, kerukunan tidak hanya dijalin kaum dewasa. Kerukunan perlu dipupuk sejak balita. "Sikap toleran memang paling mudah diterapkan, diperkenalkan, dan diajarkan ketika usia masih kanak-kanak atau usia dini," katanya (hlm 103).

Pertemuan-pertemuan dengan para pemimpin Islam ini, banyak memberi wawasan dan pengalaman berharga. Misalnya tentang intoleransi. Menurut Kyai Haji Maski, intoleransi bukan ajaran agama. "Intoleransi berasal dari keangkuhan manusia karena terlalu membanggakan kehebatannya sendiri sehingga menganggap yang berbeda itu salah," kata Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama tersebut (hlm 21).

Romo Felix sadar, tidak setiap perjumpaan otomatis menghasilkan ikatan persatuan yang kuat. Perbedaan secara fundamental mengandung benih perpecahan dan ancaman laten jika tidak disadari dengan hati yang penuh kasih. Maka, di setiap perjumpaan dengan para pemimpin agama, dia mengedepankan kasih, menghindari debat, atau pembicaraan yang sensitif. Dia lebih banyak minta arahan dan wejangan. Romo Felix bertahun-tahun berusaha melakukan ini karena dia sadar, bila tak ada yang memulai, tidak akan ada yang berjalan. Tanpa ada yang berani mengambil inisiatif lebih dulu, tidak ada jaminan orang lain bergerak untuk melakukan.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top