Kamis, 16 Jan 2025, 00:18 WIB

Semoga Warga Makin Sejahtera, Kesenjangan Pengeluaran Terhadap Garis Kemiskinan Semakin Kecil

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menghadiri konferensi pers, di Jakarta, Rabu (15/1/2025).

Foto: ANTARA/Uyu Septiyati Liman

JAKARTA - Rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan semakin kecil. Hal itu tampak dari data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) periode September 2024.

“Hal tersebut terlihat dari penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, di Jakarta, Rabu (15/1).

Garis kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan bukan makanan yang harus dipenuhi agar seseorang tidak dikategorikan miskin, sehingga nilai tersebut menjadi dasar penentuan status kemiskinan penduduk.

Seperti dikutip dari Antara, Amalia mengatakan Indeks Kedalaman Kemiskinan nasional pada September 2024 tercatat sebesar 1,364 atau turun dibandingkan Maret 2024 yang sebesar 1,461.

“Ini menunjukkan bahwa rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan semakin kecil,” kata Amalia.

Jika dibandingkan berdasarkan daerah, dia menuturkan nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan pedesaan lebih tinggi daripada perkotaan.

Pada September 2024, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan untuk perkotaan sebesar 0,981, sedangkan di pedesaan mencapai 1,918.

Selain nilai kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, Susenas periode September 2024 juga mengungkapkan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin melalui Indeks Keparahan Kemiskinan (P2).

Sama seperti Indeks Kedalaman Kemiskinan, Amalia menyatakan bahwa Indeks Keparahan Kemiskinan nasional juga menurun menjadi 0,322 pada September 2024 dari sebelumnya sebesar 0,347 pada Maret 2024.

“Penurunan ini menunjukkan distribusi pengeluaran di antara penduduk miskin semakin merata,” ujarnya.

Berdasarkan wilayah, ia menyampaikan nilai Indeks Keparahan Kemiskinan di perkotaan sebesar 0,215 sedangkan di perdesaan lebih tinggi, yaitu mencapai 0,476 pada September 2024.

“Jika dibandingkan Maret 2024, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan pada September 2024 di perkotaan turun lebih cepat dibandingkan di pedesaan,” imbuhnya.

Garis kemiskinan nasional pada September 2024 tercatat sebesar 595.242 rupiah per kapita per bulan. Angka tersebut naik 2,11 persen dari Maret 2024 yang tercatat sebesar 582.932 rupiah per kapita per bulan.

Sementara dilihat secara kewilayahan, garis kemiskinan perkotaan mencapai 615.763 rupiah per kapita per bulan, lebih tinggi dari garis kemiskinan pedesaan yang tercatat sebesar 566.655 rupiah per kapita per bulan.

Amalia menyatakan tingkat kemiskinan yang tercatat dalam Susenas periode September 2024 sebesar 8,57 persen, merupakan tingkat terendah sepanjang sejarah.

“Tingkat kemiskinan pada September 2024 sebesar 8,57 persen ini menjadi pencapaian terendah di Indonesia sejak pertama kalinya angka kemiskinan diumumkan oleh BPS pada tahun 1960,” kata Amalia.

Ia mengungkapkan pencapaian tersebut adalah pertama kalinya tingkat kemiskinan di Indonesia tercatat menyentuh angka 8 persen, yang mana sebelumnya selalu pada di atas 9 persen.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2024 tercatat sebanyak 24,06 juta orang atau turun sebanyak 1,16 juta orang dibandingkan dengan Maret 2024.

Hal tersebut menunjukkan tingkat kemiskinan pada September 2024 mengalami penurunan 0,46 basis poin dibandingkan dengan Maret 2024, yakni menjadi 8,57 persen dari sebelumnya 9,03 persen.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Antara, Eko S

Tag Terkait:

Bagikan: