Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Semakin Maju! Kementerian ESDM Kejar Regulasi Dekarbonasi Lewat Teknologi Penangkapan dan Penyimpanan Karbon

Foto : Dok. Kementerian ESDM

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.

A   A   A   Pengaturan Font

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan pihaknya akan fokus menciptakan regulasi yang mengatur teknologi penangkapan, utilisasi, dan penyimpanan karbon atau carbon capture, utilization, and storage (CCS/CCUS), yang hingga kini masih menemui sejumlah kendala, seperti biaya, skema bisnis, dan perdagangan karbon. Padahal, teknologi itu digadang-gadang mampu membantu transisi menuju energi bersih.

"Makanya, kita perlu menetapkan peraturan menteri tentang CCS/CCUS," ungkap Arifin ketika memberikan sambutan pada workshop Implementation of CCS/CCUS to Advancing Energy Transitions sebagai rangkaian acara Energy Transitions Working Group (ETWG)-3, di Hotel Grand Hyatt Bali, pada Senin (29/8).

Pengembangan CCS/CCUS di sektor migas disebut Arifin mempunyai potensi besar. Pemerintah sendiri berharap teknologi CCS/CCUS akan mampu mendukung target penurunan emisi Indonesia, bahkan target Net Zero Emission (NZE) global. Tak hanya itu, teknologi tersebut juga diharapkan mampu meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) melalui CO2-Enhanced Oil Recovery (EOR) atau Enhanced Gas Recovery (EGR).

Arifin menjelaskan Indonesia memiliki potensi depleted field sekitar 2 gigaton karbon dioksida atau CO2. Potensi itu disebutnya sebagian besar tersebar di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Papua. Sedangkan, potensi saline aquifer atau reservoir air bersalinitas tinggi sebesar lebih dari 9 ton di basin Selatan Sumatera dan Jawa Barat. "Saat ini, pemerintah tengah melakukan kajian dan pilot project (CCS/CCUS) migas di Gundih, Sukowati dan Tangguh dengan total potensi simpanan CO2 sekitar 300 juta ton CO2," ungkap Arifin.

Sementara itu, proyek Tangguh Enchanced Gas Recovery (EGR)/CCUS digadang-gadang akan menjadi salah satu proyek CCUS yang menjanjikan dalam waktu dekat. Proyek ini merupakan bagian integral dari Proyek UCC (Ubadari, EGR/CCUS, Onshore compression) dengan total investasi sekitar USD3 miliar. "Ini akan menekan emisi karbon sekitar 25 juta ton CO2 hingga 2035, dengan menginjeksikan kembali CO2 ke reservoir lapangan Vorwata," jelas Arifin.

Namun selain masalah regulasi, Arifin turut menilai pentingnya memperhatikan aspek teknis, keselamatan dan ekonomi dalam mengimplementasikan teknologi CCS/CCUS. Atas dasar itu pemerintah Indonesia siap meningkatkan kerja sama dan kolaborasi dengan semua pihak yang berpengalaman, seperti Arab Saudi untuk berbagi pengalaman baik secara teknis dan skema pembiayaan proyek CCS/CCUS di lapangan migas di Indonesia serta kerja sama dalam pengembangan blue amonia. "Pemetaan potensi kapasitas penyimpanan CO2, pengembangan hub CCS/CCUS, serta pembiayaan adalah tantangan lain," jelas Arifin.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top