Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Laporan OCHA

Sekitar 600 Juta Populasi Dunia Hidup dalam Kemiskinan Ekstrem

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK - Kantor Koordinasi Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) untuk urusan Kemanusiaan atau Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) dalam laporannya baru-baru ini menyebutkan sekitar 8 persen atau 600 juta populasi dunia hidup dalam kemiskinan ekstrem.

Menurut OCHA, kemiskinan ekstrem adalah mereka yang hidup kurang dari dua dollar Amerika Serikat (AS) per hari dan terasa seperti skenario yang mustahil, namun itu adalah kenyataan bagi mereka saat ini.

Kendati masih tinggi, namun jumlah itu sudah menunjukkan perbaikan dibanding pada 1990 yang mana angkanya saat itu mencapai 1,8 miliar orang. Sementara itu, banyak yang bertanya-tanya apakah benar-benar dapat mengakhiri kemiskinan ekstrem.

Organisasi kemanusiaan Concern Worldwide percaya bahwa akhir itu tidak hanya mungkin, tetapi mungkin dalam masa hidup kita. "Tidak ada solusi ajaib untuk kemiskinan, tetapi memahami penyebabnya adalah langkah pertama yang baik," sebut organisasi itu.

Salah satu penyebab dari kemiskinan ektrem adalah ketimpangan dan marginalisasi. "Ketimpangan" adalah istilah yang mudah, tetapi terkadang menyesatkan yang digunakan untuk menggambarkan hambatan sistemik yang membuat sekelompok orang tidak memiliki suara atau perwakilan di dalam komunitas mereka.

Disebutkan bahwa agar suatu populasi dapat keluar dari kemiskinan, semua kelompok harus terlibat dalam proses pengambilan keputusan, terutama ketika berbicara tentang hal-hal yang menentukan tempat mereka dalam masyarakat.

"Beberapa di antaranya mungkin terlihat jelas, tetapi dalam situasi lain, bisa jadi tidak kentara," sebut laporan itu.

Selain itu, ketidaksetaraan gender, sistem kasta, marginalisasi berdasarkan ras atau afiliasi suku adalah semua ketidaksetaraan ekonomi dan sosial yang memiliki arti yang sama. Mereka tidak memiliki akses ke sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan yang penuh dan produktif.

Dengan kombinasi yang berbeda dari kerentanan dan bahaya yang terdiri dari beberapa hal, komunitas yang terpinggirkan dapat menjadi lebih rentan terhadap siklus kemiskinan.

Konflik Berlarut-Larut

Lebih lanjut, laporan itu menyebutkan kalau konflik adalah salah satu bentuk paling umum dari risiko yang mendorong kemiskinan saat ini. Kekerasan berskala besar dan berlarut-larut yang terlihat di daerah-daerah seperti Suriah dapat melumpuhkan masyarakat, menghancurkan infrastruktur, dan menyebabkan orang-orang melarikan diri.

Pada tahun kesepuluh konfliknya, kelas menengah Suriah telah dihancurkan, dan lebih dari 80 persen populasi sekarang hidup di bawah garis kemiskinan. Bahkan, serangan kecil dari kekerasan dapat berdampak besar pada komunitas yang sudah berjuang.

Misalnya, jika petani khawatir hasil panen mereka dicuri, mereka tidak akan berinvestasi dalam penanaman. Begitu pula, perempuan juga menanggung beban konflik, yang menambah lapisan ketidaksetaraan pada semua konflik. Selama periode kekerasan, rumah tangga yang dikepalai perempuan menjadi sangat umum.

Hal lain sebut laporan itu yang memacu kemiskinan adalah perubahan iklim. Perubahan iklim menciptakan kelaparan karena bisa memacu kekeringan maupun banjir. Pada akhirnya berkontribusi pada siklus kemiskinan dalam beberapa cara lain termasuk secara tidak proporsional mempengaruhi perempuan, menciptakan pengungsi, dan bahkan mempengaruhi konflik.

Bank Dunia memperkirakan bahwa perubahan iklim memiliki kekuatan untuk mendorong lebih dari 100 juta orang ke dalam kemiskinan selama dekade berikutnya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top