Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sejarah 3 Februari: Kapal SS Dorchester AS Ditenggelamkan U-boat Nazi Jerman

Foto : Istimewa

SS Dorchester.

A   A   A   Pengaturan Font

Hari ini, 3 Februari menandakan 80 tahun kisah tragis sekaligus paling inspiratif dari tenggelamnya kapal SS Dorchester milik Amerika Serikat (AS), usai dibombardir torpedo U-boat Nazi Jerman pada Perang Dunia II.

Kapal uap setinggi 368 kaki yang dioperasikan oleh War Shipping Administration tenggelam di Laut Labrador dalam perjalanannya dari Narsarssuak, Greenland, menuju pangkalan udara di Labrador, Kanada.

Ketika berangkat pada 2 Februari 1943, para kru dalam keadaan siaga tinggi karena U-boat Jerman dilaporkan telah menyerang kapal-kapal milik Amerika di area yang sama, di dekat Newfoundland, Kanada.

Banyak para penumpang kapal itu diminta tidur dengan pakaian lengkap dan mengenakan jaket pelampung. Tak sedikit yang mengabaikan perintah tersebut karena merasa panas dan tidak nyaman.

Ketakutan itu pun benar adanya. Tak lama setelah tengah malam pada 3 Februari 1943, SS Dorchester terkena torpedo U-boat Jerman.

U-boat sendiri merupakan nama Inggris bagi kapal selam canggih milik Angkatan Laut Jerman yang ditugaskan untuk menyerang kapal perang Sekutu. Kapal selam itu kian ditakuti karena kemampuannya dalam menghindari deteksi dan menenggelamkan kapal musuh tanpa peringatan.

Ledakan itu seketika melumpuhkan sistem kelistrikan SS Dorchester, dan membuat penumpang terjebak di bawah dek kapal. Di tengah kekacauan, kisah empat Pendeta yang merupakan letnan satu Angkatan Darat menggetarkan Amerika.

Mereka adalah Letnan George L. Fox, seorang pendeta Metodis dari Pennsylvania; Letnan Alexander D. Goode, seorang rabi Reformasi dari New York; Letnan Clark V. Poling, seorang pendeta Gereja Reformasi di Amerika dari Ohio; dan Lt. John P. Washington, seorang pendeta Katolik dari New Jersey.

Dengan tenang, keempat Pendeta menenangkan mereka yang berada di kapal sambil mengatur evakuasi.

Melansir laman Military, para pendeta membimbing orang-orang di bawah geladak ke sekoci dan membagikan pelampung. Ketika persediaan pelampung habis, para pendeta memberikan pelampung yang mereka kenakan kepada empat orang yang tidak kebagian. Mereka kemudian bergandengan tangan, berdoa dan menyanyikan himne saat kapal tenggelam.

"Saya bisa mendengar laki-laki menangis, memohon, berdoa dan bersumpah. Saya juga bisa mendengar pendeta mengkhotbahkan keberanian kepada para laki-laki. Suara mereka mungkin satu-satunya hal yang membuat saya tetap waras," kata William Bednar yang selamat dalam wawancara tahun 1997 dengan The Baltimore Sun.

Meski ada upaya untuk menghadiahkan Medali Kehormatan kepada empat pendeta, langkah itu tidak berhasil di bawah pedoman ketat untuk pemberian medali. Mereka kemudian dianugerahi Distinguished Service Cross dan Purple Heart.

Tak hanya kisah empat pendeta, aksi Steward's Mate 1st Class Charles Walter David Jr. dari Black Coast Guard juga menjadi legenda.

David yang dikenal karena kesetiaannya yang kuat kepada kapal dan rekan-rekannya memilih terjun ke lautan yang dingin untuk menyelamatkan Letnan Langford Anderson, yang terpeleset dan jatuh ke laut.

Setelah menyelamatkan Anderson dan membantu orang-orang lainnya, David berhasil menyelamatkan dirinya sendiri. Namun, beberapa minggu kemudian ia meninggal karena pneumonia akibat hipotermia yang dideritanya selama penyelamatan.

Akibat insiden itu, sebanyak 675 dari 904 penumpang SS Dorchester tenggelam atau meninggal karena hipotermia di laut yang dingin.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top