Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
PERSPEKTIF

Satu Dasawarsa "Koran Jakarta"

A   A   A   Pengaturan Font

Tidak dimungkiri, 10 tahun terakhir menjadi masa-masa menantang bagi industri surat kabar. Perkembangan pesat teknologi digital, ditandai dengan maraknya penggunaan internet terutama melalui telepon pintar, telah melahirkan ratusan media daring (dalam jaringan) atau online yang akhirnya menggusur satu demi satu media cetak Tanah Air.

Dalam situasi seperti inilah Koran Jakarta yang lahir, 28 April, sepuluh tahun silam menjadi salah satu koran nasional yang masih bisa bertahan hingga kini. Ini patut disyukuri. Tapi, rasa syukur mesti selalu dibarengi dengan kesadaran, perlu perjuangan keras dan cerdas agar tetap mampu bertahan pada waktu-waktu berikut.

Meredupnya industri surat kabar tak cuma terjadi di Indonesia, tapi fenomena global. Meski begitu, nada optimistis muncul dari media kondang dan legendaris Amerika Serikat seperti New York Times. Mark Thompson, CEO New York Times, mengatakan media cetak mungkin akan bertahan hidup satu dekade lagi.

"Kami percaya akan tetap bisa menemukan produk cetak kami di AS dalam 10 tahun ke depan," ujar dia. Perusahaannya akan terus menerbitkan surat kabar demi memuaskan pembaca setianya selama mungkin. Sementara itu, perusahaannya juga akan mengembangkan bisnis koran digital, bila kelak koran tidak lagi diminati.

Lantas, bagaimana masa depan koran di Indonesia? Senada dengan Thompson, pendiri Jawa Pos Group, Dahlan Iskan, juga mengemukakan, koran sebagai salah satu bentuk media cetak akan tetap bertahan. Namun, koran bakal mengalami spesialisasi. Yang memiliki keunggulan ini akan bertahan di tengah siklus bisnis yang tidak berpihak pada media cetak.

"Memang secara realita, bisnis koran jelek, tetapi masih eksis. Dengan demikian, kelak yang akan terjadi, jumlah koran tidak banyak lagi. Mereka inilah yang akan bertahan," ujarnya. Menurut Dahlan, bisnis koran sebagaimana media cetak lain seperti majalah dan taboid, memang sedang tertekan.

Hanya koran yang dikelola dengan manajemen baik yang akan bertahan. "Hanya orang-orang yang betul-betul dapat menjiwai dan menghayati sebagai tujuan berkoran, akan hidup," paparnya. Pendapat Dahlan itu juga diperkuat hasil survei Nielsen Consumer & Media View akhir tahun lalu. Dia mengungkapkan, media cetak masih mampu mempertahankan pembaca di tengah pergeseran minat baca dari cetak ke digital.

Koran masih menjadi pilihan utama pembaca dan pandapatan iklan koran relatif tetap dari tahun ke tahun. Menurut survei Nielsen di 11 kota dan mewawancara 17.000 responden, saat ini media cetak, termasuk koran, majalah dan tabloid, memiliki penetrasi sebesar 8 persen dan dibaca oleh 4,5 juta orang. Dari jumlah tersebut, 83 persennya membaca koran

. Televisi masih merajai dengan penetrasi 96 persen atau dilihat 52,8 juta orang, sedang radio 37 persen atau 11,9 juta. Alasan utama para pembaca masih memilih koran karena nilai beritanya dapat dipercaya.

"Elemen trust terhadap konten tentu berpengaruh terhadap iklan di dalamnya. Keberadaan koran sebagai media beriklan sangat penting untuk produk yang mengutamakan unsur trust, misalnya, perbankan dan asuransi," ujar Hellen Katherina, Direktur Eksekutif Nielsen Media. Pendapat sejumlah pendiri koran itu patut dijadikan referensi untuk tetap optimistis dalam menjalankan Koran Jakarta.

Baca Juga :
Jiwa Kesatria

Elemen trust konten koran merupakan kunci bertahan dan menarik minat pembaca. Namun, Koran Jakarta tetap harus terus berbenah untuk meningkatkan kualitas dan menemukan format penyajian yang tepat. Koran Jakarta tetap membutuhkan dukungan segenap stakeholder dan pembaca sekalian agar bisa terus bertahan menyuarakan kebenaran, sesuai tagline Kebenaran Itu Tidak Pernah Memihak !

Komentar

Komentar
()

Top