Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hari Santri

Santri Harus Beri Keteladanan yang Baik

Foto : ISTIMEWA

Ke­tua Umum Pimpinan Pusat Mu­hammadiyah, Haedar Nashir.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kaum santri diimbau menjauhi segala perilaku yang tercela, yang merugikan diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Santri wajib menjaga perilakunya, dan tidak dibenarkan bertindak sekehendak sendiri.

"Santri jangan melakukan akhlak yang buruk, seperti kekerasan kepada siapa pun dan apa pun, seperti menyiksa, membakar, dan berbuat onar atau anarkis di ruang publik atas nama perbuatan baik," Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, di Jakarta, Selasa (23/10).

Dia mengatakan, dalam berbagai keadaan, santri harus tetap baik, damai, dan toleran jika berbeda paham atau pandangan. "Mengajarkan kebaikan dan mencegah kebatilan (amar ma'ruf nahi munkar) harus dilakukan dengan cara yang baik," pesannya.

Prinsip tersebut, kata dia, sesuai dengan prinsip dakwah yang dilakukan dengan cara yang bijaksana, dengan pelajaran yang baik dan dialogis.

Menurut dia, sosok santri adalah perlambang kebajikan beragama atau berislam sehingga kesantrian harus menunjukkan jiwa, pikiran, perilaku, dan tindakan yang benar-benar islami secara nyata, bukan dalam klaim dan retorika.

Dia mengatakan jika kaum santri dapat menunjukkan teladan yang baik, umat dan bangsa akan menjadi terbaik dan tidak membuat resah publik.

Sebaliknya, lanjut dia, manakala tidak mampu menunjukkan keteladanan akhlak mulia maka kesantrian menjadi "jauh panggang dari api". "Lantas, publik akan hilang kepercayaan kepada kaum santri, yang tentu saja berdampak luas pada citra umat Islam di negeri ini," kata dia.

Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani, mengatakan pesantren telah memberikan kontribusi yang konkret dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.

"Kita tahu, ada puluhan ribu Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah yang diselenggarakan oleh berbagai pesantren dalam rangka mengintegrasikan diri dengan sistem pendidikan nasional," ujar Puan.

Selain itu, menurut Puan, ada juga ribuan Raudhatul Athfal (RA) yang kini populer dengan sebutan Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) dan sejumlah universitas yang menginduk ke pesantren.

Kehadiran lembaga pendidikan formal di tengah lembaga pesantren itu secara resmi diakui meningkatkan angka partisipasi pendidikan generasi muda.

"Langkah itu adalah salah satu bentuk partisipasi langsung kalangan pesantren dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)," sebut Puan. ang/E-3

Komentar

Komentar
()

Top