Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Saat Jenderal Kopassus Mengenang Teman Seperjuangannya yang Ikut Bertempur di Timor Timur

Foto : Istimewa.
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan saat ini tengah dipercaya Presiden Jokowi sebagai Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi. Jenderal Luhut ini, bukan mantan prajurit biasa. Dia, jenderal didikan Kopassus, kesatuan paling elit di TNI AD.

Sebagai mantan prajurit pasukan khusus, eks Komandan Satuan Anti Teror 81 Kopassus ini kenyang dengan berbagai medan peperangan. Ia sudah terbiasa dengan desing peluru. Bertaruh nyawa demi negara.

Dalam salah satu postingannya di akun Instagramnya luhut.pandjaitan, ada satu cerita menarik, saat jenderal jebolan baret merah ini mengenang sahabatnya. Kawan satu perjuangannya yang pernah bersama-sama bertempur di Timor Timur. Kawan satu perjuangannya itu bernama Letkol Inf (Purn) Atang Sanjaya.

Dalam akun instagramnya, Luhut mengungkapkan jika Letkol Atang sahabatnya itu telah berpulang tepat di Hari Ulang Tahun TNI ke-75, yakni tanggal 5 Oktober 2020. Atang meninggal setelah sebelumnya dirawat hampir 1 bulan lamanya karena sakit.

"Setiap kali mendengar kabar berpulangnya teman-teman prajurit saya keharibaan Tuhan YME, hati saya disergap rasa haru," kata Luhut dalam akun instagramnya.

Kata Luhut, terlalu banyak kenangan yang ia alami bersama Letkol Atang. Maka, ketika sahabatnya itu meninggal, rasa haru itu tiba-tiba hadir. Luhut mengaku tak sanggup lagi menahan perasaan sedih saat diminta mengucapkan kata sambutan sekaligus melepas jasad kawan terbaiknya.

Di matai Luhut, Letkol Atang adalah sosok prajurit pemberani dan tangguh di setiap operasi militer. Lalu Luhut pun bercerita tentang ikatan emosional dengan Letkol Atang.

Ia masih ingat, ikatan itu mulai menguat saat bersama dengan Letkol Atang tergabung dalam anggota Grup-1/Parako (Nanggala V) yang bertempur dalam operasi "Seroja" tanggal 7 Desember 1975 di Timor Timur.

"Saya ingat pertemuan terakhir kami 45 tahun yang lalu sebelum penerjunan ke Dili, Timor Timur," ujar Luhut.

Waktu itu, kata Luhut, jarum jam menunjukkan pukul 11 malam. Suasana memang agak "chaotic" karena ada kunjungan Kasau yang hendak melakukan inspeksi pasukan. Saat itu Grup Parako hendak mengambil payung untuk persiapan Operasi Linud.

"Kemudian Letkol Atang menyapa saya hanya dengan satu kata "Komando!" Selang beberapa waktu kemudian, saya mendapat kabar beliau tertembak di tangan dan kemudian dievakuasi ke Jakarta," kata Luhut.

Kata Luhut lagi, setiap tahun kawan seperjuangannya terus berkurang. Tetapi satu hal yang akan tetap ada, kata dia, cerita perjalanan hidup sebagai prajurit. Itu yang akan selalu diingatnya.

"Bahwa bila sampai hari ini saya masih hidup seperti sekarang dengan pekerjaan dan kehormatan ini, itu semua karena jasa dan pengorbanan teman-teman prajurit yang sudah pergi mendahului saya. Untuk itulah saya selalu berpesan kepada seluruh prajurit Baret Merah untuk selalu menjaga kekompakan lewat semangat persatuan dan kesatuan demi melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara," kata Luhut.ags/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top