Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik di Ukraina I Russia Terus Bombardir Pabrik Kimia Azot

Russia Pukul Mundur Pasukan Lawan dari Kota Garis Depan

Foto : AFP/Yuri KADOBNOV

Jaga Mariupol I Seorang tentara Russia sedang berpatroli dekat sebuah monumen di pintu masuk menuju Kota Mariupol pada Minggu (12/6). Sejak April lalu, Mariupol berhasil dikuasai Russia yang merebutnya dari Ukraina.

A   A   A   Pengaturan Font

KRAMATORSK - Kyiv pada Senin (13/6) mengatakan bahwa pasukannya telah dipukul mundur oleh pasukan Russia dari pusat Kota Severodonetsk di Ukraina timur, di mana pertempuran telah berkecamuk selama beberapa pekan.

"Musuh, dengan dukungan artileri, melakukan operasi penyerangan di Kota Severodonetsk. Serangan mereka berhasil memukul mundur pasukan kami menjauh dari pusat kota," kata pihak militer Ukraina di lamanFacebook.

Sementara itu pasukan separatis yang didukung Moskwa mengatakan kota itu telah diblokade dan mereka meminta pasukan Ukraina untuk menyerah. "Severodonetsk secarade factotelah diblokade setelah kami meledakkan jembatan terakhir yang menghubungkan kota itu dengan Lysychansk kemarin," ucap Eduard Basurin, seorang perwakilan pemberontak kepada wartawan di Donetsk, Senin. "Mereka memiliki dua pilihan: menyerah atau mati," imbuh dia.

Basurin juga mengatakan pasukan yang didukung Moskwa telah melakukan serangan di kota kunci Slovyansk dari arah barat, utara dan timur.

Gubernur lokal, Sergiy Gaiday, mengakui bahwa pasukan Russia telah berhasil bergerak maju dalam pertempuran malam hari di Severodonetsk dan mengatakan pasukan musuh telah menguasai lebih dari 70 persen wilayah kota garis depan itu.

Gaiday sebelumnya mengatakan pasukan Russia sedang berupaya mengerahkan lebih banyak peralatan alutsistanya untuk mengepung Severodonetsk dan Lysychansk.

Dalam laporannya, Gubernur Gaiday juga mengatakan bahwa pabrik kimia Azot sedang di bombardir secara bertubi-tubi oleh pasukan Russia. Kabarnya ada sekitar 500 warga sipil, termasuk 40 anak-anak sedang berlindung di bunker pabrik itu.

"Kami mencoba untuk menegosiasikan koridor kemanusiaan untuk warga sipil," kata Gaiday dalam video terpisah diTelegram. "Sayangnya upaya itu untuk saat ini tidak berhasil," imbuh dia.

Kejahatan Perang

Pada saat bersamaan, Amnesty International pada Senin menuduh Russia melakukan kejahatan perang di Ukraina karena saat menyerang Kota Kharkiv mereka banyak menggunakan bom klaster yang dilarang digunakan, sehingga mengakibatkan ratusan warga sipil di kota itu tewas.

Bom klaster adalah senjata yang melepaskan lusinan bom atau granat saat di udara dan menyebarkannya tanpa pandang bulu di atas tanah seluas ratusan meter persegi.

"Pemboman berulang terhadap lingkungan perumahan di Kharkiv adalah serangan membabi buta yang menewaskan serta melukai ratusan warga sipil, dan dengan demikian hal itu merupakan sebuah kejahatan perang," kata Amnesty International.

Dalam laporannya yang berjudulAnyone Can Die at Any Time, Amnesty International mengatakan bahwa mereka telah menemukan bukti di Kharkiv tentang penggunaan berulang kali bom klaster 9N210 dan 9N235 oleh pasukan Russia yang dilarang berdasarkan konvensi internasional.

"Orang-orang telah terbunuh di rumah mereka dan di jalan-jalan, di taman bermain dan di kuburan, saat mengantre untuk bantuan kemanusiaan, atau berbelanja makanan dan obat-obatan," kata Donatella Rovera, penasihat senior tanggap krisis di Amnesty International.

"Penggunaan berulang bom klaster yang dilarang secara luas ini amat mengejutkan dan indikasi lebih lanjut dari pengabaian nyawa warga sipil. Pasukan Russia yang melakukan serangan mengerikan ini harus bertanggung jawab," tegas dia.

Baik Russia maupun Ukraina bukanlah pihak yang ikut serta dalam konvensi internasional yang melarang bom klaster, tapi Amnesty International menekankan bahwa hukum humaniter internasional melarang serangan secara sembarangan dan penggunaan senjata yang sifatnya membabi buta dan siapapun yang melanggarnya dianggap telah melakukan kejahatan perang. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top