Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik di Ukraina I Moskwa Ingin Sambungkan Listrik dari PLTN Zaporizhzhia ke Crimea

Russia Menyerang dari PLTN

Foto : AFP/Sergei SUPINSKY

Enam Bulan Peperangan I Anak-anak bermain di tumpukan mobil yang berlubang-lubang ­akibat tembakan pasukan Russia di Kota Irpin, Ukraina, pada Selasa (9/8) lalu. Hingga saat ini serbuan Russia ke Ukraina telah memasuki bulan ke-6.

A   A   A   Pengaturan Font

KYIV - Ukraina pada Rabu (10/8) menuduh Russia telah melakukan serangan roket pada malam hari yang menewaskan 13 warga sipil di daerah dekat pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang dikuasai Russia, di mana pertempuran terbaru itu telah menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya malapetaka bencana nuklir.

"Itu adalah malam yang mengerikan," tulis gubernur regional Valentin Reznichenko di media sosialTelegram, seraya mendesak warga untuk berlindung ketika mereka mendengar raungan sirine serangan udara. "Saya meminta dan memohon kepada Anda. Jangan biarkan Russia membunuh kami," imbuh dia.

Reznichenko juga menulis bahwa pada malam itu Russia telah menembakkan total 80 roket ke wilayahnya. Sebagian besar korban berada di Kota Marganets yang lokasinya tepat di seberang Sungai Dnieper dari PLTN Zaporizhzhia, sebuah kompleks pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa.

Baru-baru ini baik Ukraina maupun Russia telah saling melontarkan tudingan terhadap penembakan di sekitar kompleks pembangkit listrik tenaga nuklir itu. Ukraina mengatakan bahwa Russia telah menempatkan ratusan tentara dan menyimpan amunisi di PLTN itu.

Ketegangan itu telah membawa kembali kenangan akan malapetaka bencana nuklir Chernobyl 1986 yang menewaskan ratusan orang dan menyebarkan kontaminasi radioaktif ke sebagian besar Eropa.

PLTN Zaporizhzhia diduduki oleh pasukan Russia pada 4 Maret setelah terjadi pertempuran sengit dengan pasukan Ukraina.

Ledakan di Crimea

Serangan Russia dari PLTN Zaporizhzhia itu terjadi sehari setelah ledakan dahsyat di Pangkalan Udara Saki, yang merupakan pangkalan militer utama Russia di Semenanjung Crimea pada Selasa (9/8).

Rekaman video amatir yang tayang di media sosial menunjukkan para wisatawan yang panik melarikan diri dari pantai Crimea sambil memboyong anak-anak kecil, saat awan asap kelabu membumbung di cakrawala, sementara pihak berwenang segera menutup daerah di sekitar pangkalan dalam radius lima kilometer.

Russia mencaplok Crimea pada 2014 dan telah menggunakan wilayah itu sebagai tempat serangannya, tetapi jarang menjadi target pasukan Ukraina. Moskwa bersikeras bahwa ledakan itu disebabkan oleh amunisi yang meledak dan bukan akibat serangan dari Ukraina.

Ledakan di Pangkalan Udara Saki sendiri, dilaporkan pihak berwenang telah menewaskan satu orang dan melukai lima lainnya. Penyebab dari ledakan itu hingga kini belum diketahui.

Para saksi mata melaporkan telah mendengar sedikitnya 12 ledakan tidak lama setelah pukul 15.15 waktu setempat pada Selasa.

"Beberapa gudang amunisi penerbangan meledak di Pangkalan Saki. Instalasi itu tidak diserang dan tidak ada pesawat yang rusak," demikian keterangan dari Kementerian Pertahanan Russia.

Terkait ledakan ini, Ukraina pun telah membantah bertanggung jawab. "Tentu saja (kami) tidak (bertanggung jawab)," kata ajudan presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak.

Tak lama setelah ledakan, beredar spekulasi luas di jejaring media sosial Ukraina bahwa pasukan Kyiv telah menghantam pangkalan itu dengan misil jarak jauh. Pasukan Ukraina sendiri belum pernah menyerang Crimea selama invasi Russia, yang saat ini telah memasuki bulan keenam, dan para pejabat di Moskwa memperingatkan Ukraina bahwa setiap serangan terhadap Crimea akan memicu serangan pembalasan besar-besaran, termasuk serangan terhadap pusat pengambilan keputusan di Kyiv.

Sementara itu dalam pidato videonya pada Selasa malam, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan setiap pihak hendaknya memusatkan perhatian pada Crimea.

"Wilayah Laut Hitam tidak bisa aman ketika Crimea masih diduduki (oleh Russia)," kata Zelenskyy, seraya menekankan posisi Kyiv yang menganggap Crimea harus dikembalikan kepada Ukraina.

Kabarnya, pasukan Russia yang menduduki PLTN Zaporizhzhia terus bertahan di sana karena Russia berencana untuk menghubungkan energi listrik yang dibangkitkan PLTN itu ke jaringan listrik di Crimea. PLTN Zaporizhzhia letaknya memang tidak jauh dari Semenanjung Crimea. PLTN itu memiliki enam reaktor nuklir yang mampu memasok listrik untuk empat juta rumah. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top